2010/07/31

Umur dan Bijak

Lumrahnya umur dan bijak sejalan. Semakin banyak umur seseorang seharusnya orang tersebut semakin bijak karena sudah banyak mengalami berbagai macam cobaan hidup. Namun kadang yang terjadi justru sebaliknya. Kadang semakin tua seseorang justru semakin kekanak kanakan dan bertindak sesuka hatinya.

Seperti yang saya alami hari ini. Hari ini saya berkunjung ke reumah salah satu teman. Setelah ngobrol ngalor ngidul terdengar kegaduhan di luar. Saya pun melongok ke luar. Alangkah kagetnya saya melihat motor saya di jalan. Padahal sebelumnya saya parkir di tepi diantara mobil. Dan di sebelah motor saya ada kakek kakek yang marah marah teriak teriak karena jalannya terhalang. Akhirnya saya pun keluar. Ternyata mobil di sebelah saya parkir tadi mau berangkat jadi motor saya dipinggirkan dulu. Saya diumpat habis habisan oleh kakek itu untuk kesalahan yang tidak saya lakukan. Sebenarnya pun masih banyak ruang untuk kakek itu lewat. Buktinya orang - orang lain yang lewat dengan santainya. Entah apa yang ada di otak kakek ini. Mungkin perlu saya deskripsikan mengenai kakek ini. Sudah lumayan tua. Mungkin 60 tahun ke atas. Dan yang menjadi perhatian saya adalah matanya. Aneh. Mungkin katarak atau semacamnya. Bagian mata yang seharusnya berwarna hitam tidak berwarna hitam melainkan keabu abuan. Yang saya kasihan wanita yang mungkin istrinya yang diboncengnya. Sejak awal sudah berusaha menenangkan si kakek tapi tidak berhasil. Mungkin dia malu karena menjadi perhatian orang orang. Kasihan nenek ini. Dia menikahi orang yang salah. Entah berapa puluh kali kejadian seperti ini sudah dia alami.

Saya mencoba tenang saat diumpat habis habisan. Saya pandangi saja kakek aneh ini. Saya juga memandangi si nenek yang keliatannya kawatir saya ikut ngamuk. Tidak perlu matematika untuk mengkalkulasi ini. Saya yakin beberapa kali tinju juga kakek ini pasti roboh. Melihat kondisinya yang ringkih. Saya lalu masuk ke dalam untuk mengambil kunci karena kebetulan motor saya kunci setir. Waktu saya masuk si kakek teriak teriak lagi jauh lebih keras mungkin sebal karena saya abaikan. Ternyata pas saya ambil kunci orang yang tadi memindahkan motor saya bertindak lebih dulu meminggirkan motor saya. Sebetulnya saya bisa saja meminggirkan dari tadi. Tapi nggak seru. hehe.. Pas saya akan memasukkan motor ke halaman rumah pemilik mobil itu berkata, sabar mas... orang sini memang kasar - kasar...

Hal yang saya alami ini mengingatkan saya tayangan salah satu tv swasta di malang yang porsi tayangan utamanya mengenai agama Budha. Saya kadang iseng melihat stasiun ini. Karena sering kali membahas falsafah hidup. Waktu itu si penyiar menyampaikan kalau manusia itu ibarat buah. Ada tiga macam. Ada buah yang cantik dan rasanya pun manis. Ada buah yang dari luar tidak menarik namun isinya lezat. Namun ada pula buah yang tidak menarik begitu juga isinya pahit. Saya rasa saya baru bertemu orang yang sesuai tipe buah ketiga.

Semoga saja kelak ketika saya tua saya bisa menjadi orang yang lebih sabar lagi. Lebih bijak, dan akan saya tanamkan kebijakan itu di hati cucu saya. Amiiiinn.....

4 comments:

blog e obie said...

tes komen

Piyo said...

hehehehe, ada beberapa hal yang saya setuju dengan anda sodara Obie, tapi ada juga yang kurang pas menurut saya (peh, bahasaq :p)

"Semakin banyak umur seseorang seharusnya orang tersebut semakin bijak karena sudah banyak mengalami berbagai macam cobaan hidup" -> durung mesti. Bijak tidaknya seseorang iku tergantung dari jenis pengalamannya. Dan nggak semua orang yang lebih tua mengalami lebih banyak cobaan.

"Kasihan nenek ini. Dia menikahi orang yang salah. Entah berapa puluh kali kejadian seperti ini sudah dia alami." -> hehehehe, membaca bagian ini menorehkan senyum simpul. Marahnya kakek mungkin emang karena karakternya, mungkin juga karena mood ato kejadian yang barusan dia alami sing bikin dia jd sensi. Misal, sebelomnya dia kejebak macet, ato sebelomnya dia dimarahin orang pisan, ato lagi keburu-buru. Kalimat "Kasihan nenek ini. Dia menikahi orang yang salah" juga menunjukkan kalo sajane km yo emosi (muangkel), dan itu karena km nggak ngrasa salah kq diseneni, di public place pisan. Untunge kewarasanmu mencegah perwujudan kemarahan dgn tindakan.

Setujuuuuuu, ambek "Ada tiga macam buah". Hehehe, tapi simpulanmu lagi2 menunjukkan lek km sik mangkel pas eling kejadian iku, y kn :p.

"Semoga saja kelak ketika saya tua saya bisa menjadi orang yang lebih sabar lagi. Lebih bijak, dan akan saya tanamkan kebijakan itu di hati cucu saya. Amiiiinn.....". Amiiiieeeeeen pisan. Elingno lek aq ngene yowh, hohoho. (muga2 gak sampe mbok elingne wis waraz disik XD).

Lagi, mangkelmu iku mungkin juga gara-gara km yo dalam kondisi ngebut deadline, pengen nambah turu,:p

blog e obie said...

Terima kasih moderator, baik saya akan mengomentari komentar dari saudari bina (seminar mode: on hehehe)

1. setuju dan tidak setuju. Bijak tidak harus mengalami pengalaman itu sendiri, tp bijak bisa juga dari mengambil hikmah yang dialami orang lain, ketika tahu orang lain menyentuh api terbakar bukan berarti biar pengalaman kita ikut2 nyentuh api kan?
2. ncen mangkel!woo! gak lapo2 dimaki2 lo. Mesakne nenek e. Kan dua2 ne tak pandang2 i, trus dari pandangan biasa berubah jadi marah. Wajar to marah?manusiawi. Tinggal bagaimana mengontrolnya saja
3. kalau karakter e si kakek pemarah berarti si nenek 4xlipat lebih meskne. bayangkan ae berapa tahun tinggal ambek wong esmosian ngono. Na.. yang masalah mood ini yang menarik. Prinsipku : jangan berusaha dipahami, tapi berusahalah memahami. Lek dek e gak mood trus opo hubungane ambek ak?trus lapo kok ak jadi sasaran? misale ak nesu ambek seseorang bukan berarti ak y nesu ambek seluruh dunia kan? kan harus dipisah pisah biar yang gak tau menahu tidak ikut menanggung amarah.
4.amiiin...iyaa tak elingno! tp lek ku ngelingne py yo? mosok tuwek2 ngeblog?ato ym an?hehehehe Suk lek nenek bina ngamukan tak tinju ae ben nyadar

Piyo said...

hooo, kurang ajyar. Iku jenenge gak ngilingne, tapi pembunuhan engko judule :-s