2010/07/10

Manusia dan Kehidupan

Hari ini saya dan bapak ibu saya berkunjung ke sebuah daerah, pedesaan, masih di kabupaten malang karena ada beberapa keperluan. Selain untuk nyekar ke makam nenek, juga untuk menyelesaikan beberapa permasalahan dan menjenguk kakak almarhumah nenek saya yang sakit. Hari ini saya mempelajari beberapa hal tentang hidup. Akan saya bagi kisahnya.

Setelah nyekar ke makam nenek, perjalanan dilanjutkan ke rumah kerabat ibu, lebih tepatnya sepupu ibu saya. Ada beberapa masalah yang harus diselesaikan, mengenai status tanah warisan dari buyut saya. Karena ada saudara nenek saya yang tidak punya anak, maka warisan dari buyut dibagi merata ke saudara - saudara yang lain. Naa.. masalah pun muncul. Jaman dulu tidak ada sertifikat, atau perjanjian tertulis. Hanya mulut ke mulut. Sampai disana ternyata ada sebagian tanah yang sudah dijual. Ya sudah, keluarga saya mengalah dan menerima bagian dari penjualan untuk diberikan ke masjid. Dan memutuskan untuk memperjelas status tanah yang lainnya. Sebenarnya, kalau dirupiahkan tanah ini tidak seberapa karena letaknya yang di pelosok pedesaan. Namun, karena hak, dan untuk memperjelas masalah maka hal ini menjadi sangat penting. Akhirnya kami langsung menuju lokasi tanah tersebut. setelah beberapa saat mengukur, terjadi perdebatan. Kami sendiri tidak tahu apa apa tentang tanah tersebut. 2 kerabat yang tinggal di sekitar lokasi lah yang paham. Dan salah satu kerabat meyebut panjang tanah 21 meter, sedangkan satunya 20 meter. Saya jadi paham, kenapa orang bisa saling bunuh hanya gara gara masalah tanah. Kalau tanahnya miliaran sih gpp. la ini, gak sebanding. Akhirnya saya membantu mengukur ulang, dan memang panjangnya 21 meter. Si kerabat yang satunya mencoba korupsi 1 meter karena memang mepet tanahnya. Jadi lumayan kalau nambah 1 meter. Sebenarnya, walaupun mereka berbohong kami pun tidak tahu. Kami pasrah saja, demi kebaikan. Setelah proses mengukur selesai, dibagi, dibuatkan perjanjian agar ke depannya tidak kisruh lagi.

Perjalanan dilanjutkan ke rumah kakak almarhum nenek saya. Beliaunya baru jatuh sehingga tidak bisa berjalanan. Kakak nenek saya ini unik. Lucu. Kata budhe anaknya mbah ini, 6 bulan cuma tidur tiduran saja. Tadi sudah bisa pindah ke kursi roda dan ikut ngobrol di ruang tamu. Mungkin karena senang rumahnya ramai, si mbah bercerita aneh2. Lucu. Cerita kalau beliaunya gak ingat kami2 yang berkunjung. Bapak saya malah bercanda dan bertanya siapa nama suaminya dulu. Mbah ini menikah 3 x lo! nama suami yang pertama masih ingat, namun yang kedua dan ketiga sudah lupa. Nama anak anaknya pun juga lupa. Malah ada salah satu anaknya yang dikira pembantu. Saya diceritai banyak hal. Mulai giginya yag sering copot pas makan, juga tentang sawahnya yang katanya habis. Ibu saya memberi uang 50rb kepada mbah ini, dan bertanya ini berapa. Si mbah menjawab 500 sambil menyahut, lek duwik aku yo sik ngerti (kalau masalah uang aku juga masih tau) walaupun jawabannya salah. Kemudian anaknya memintanya menghitung jumlah nol, dan dijawab empat. Na terus kalau 5 nolnya empat berapa? tanya si anak lagi. Si mbah menjawab 500. kami pun tertawa lagi. Saya pun membayangkan, hemm... bagaimana kalau suatu saat nanti saya yang duduk di kursi roda itu. Sudah pikun dan tidak tahu lagi saudara bahkan anak sendiri. Membaca blog ini (kalau masih inget punya blog) dan tersenyum sendiri. Semoga cepat sembuh mbah ya...

0 comments: