2011/06/24

Jika aku menjadi - polisi

Salah satu rangkaian diklat yang harus saya ikuti setelah saya lolos seleksi salah satu BUMN adalah diklat pembentukan karakter. Entah karakter bagaimana yang harus dibentuk, karena 20 tahun umur saya masih berusaha membentuk karakter saya sendiri.

Setelah 10 hari asik menikmati fasilitas hotel, mandi air hangat, makan enak, hari itu, kami 117 peserta dibawa menggunakan truk brimob ke pusat pendidikan brimob watukosek. Perlu diketahui, pusdik watu kosek ini memiliki kontur mirip bukit. Menanjak dari bawah ke atas. Barak terdapat di puncak bukit sekitar 3 km dari bawah, dan menuju ke barak tidak lain tidak bukan adalah dengan berjalan kaki.

Setelah lumayan berkeringat sampailah kami di atas. Masuk ke barak masing masing dan meletakkan tas tas yang dibawa. Kami langsung disodori bejibun aktifitas yang dimulai malam itu juga. Yang paling awal dan harus dilakukan oleh peserta laki laki adalah digundul. Berbarislah kami dalam antrian menunggu saat penggundulan. Tidak perlu terlalu banyak prosedur / teknik untuk menggunduli kepala. Hanya beberapa menit rambut sudah habis dibabat. Tersisa beberapa mili bagian samping dan beberapa cm bagian atas. Resmilah kami menjadi kompi upin ipin malam itu.

keesokan harinya aktifitas sebenarnya dimulai. Memakai seragam lengkap, yaitu seragam pdl (mirip seragam satpam) dan sepatu boot tentara. Khusus sepatu boot ini penuh perjuangan memakainya. Sama sekali tidak nyaman. Keras dan berat. Tidak sedikit yang kakinya lecet lecet, karena memang kebanyakan kami hanya membawa kaos kaki tipis yang cocok untuk pantofel.

Kegiatan sehari hari lumayan padat. Selalu ada apel sebelum melaksanakan sesuatu. Kemana mana baris dan harus sama langkahnya. Jam 4 kurang saya sudah lari ke kamar mandi kalau tidak mau keduluan. Karena kamar mandinya hanya beberapa, kalau agak siang sedikit siap siap mandi bareng atau mandi terekspos dari luar karena pintu kamar mandi yang berlubang menganga.

Beberapa hari awal badan rasanya aneh, pegel linu. Tidur pun juga menjadi sangat cepat. Begitu kepala nempel di bantal langsung bablas, saking capeknya. Hari - hari berikutnya sudah mulai "agak" terbiasa.

Untung cuma 10 hari. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana siswa sebenarnya yang menjalani pendidikan disini berbulan bulan. Siang bolong panas - panas berlari lari keliling pusdik tanpa baju. Jadi seperti ini ya bagaimana briptu norman caiya caiya dulu dididik. Briptu norman lulus dari pusdik ini tahun 2006.

Dan pantas saja Briptu norman pandai bernyanyi. Pusdik ini punya segudang stok nyanyian. Bahkan komandan kompi diklat kami pun mahir menciptakan puisi. Tampilan boleh garang, tapi hati ternyata lembut.

Akhirnya, setelah pertengahan minggu sempat diare dan diakhir minggu flu, diklat di pusdik ini pun berakhir. Ditutup dengan pesan, bawa yang baik baik dari pusdik dan tinggalkan yang jelek jelek di sini. Entah karakter saya berubah atau tidak (setidaknya warna kulit berubah). Yang jelas saya memperoleh pengalaman baru. Watukosek tak akan kulupa....

2011/06/05

Hidup Saya Memang Mengalir, Namun Jangan Seperti Air

Pernahkah terpikirkan akan menjadi apa ketika anda beranjak dewasa kelak? Mungkin ada yang mencita - citakan sesuatu dan kemudian benar benar meraih cita cita tersebut. Namun, kalau saya sendiri, saya tidak pernah tahu akan menjadi apa kelak. Dimulai ketika kuliah, jurusan yang saya pilih, masih belum bisa menjamin akan menjadi apa kelak. Bahkan bapak saya sendiri pun khawatir, mau kerja apa saya.


Akhirnya saat saat kuliah pun berakhir (kangen juga saat2 kuliah). Dihadapkanlah saya ke pasar kerja. Mencoba melamar kesana kemari. Saya tidak terlalu banyak melamar pekerjaan sebetulnya. Hanya beberapa saja. Pengalaman ketika saya melamar jadi supervisor sales LPG dan dipanggil, bapak dan ibu saya heboh, hehe. Setelah itu saya jarang melamar. Cuma beberapa saja yang sekiranya saya mengerti pekerjaan tersebut.

Karena saya suka menulis saya pun mencoba melamar menjadi reporter. Sempat dipanggil salah satu portal berita online, namun karena jauh saya batalkan. Saya pun kemudian diterima di salah satu koran lokal yang merupakan bagian dari media ternama. Namun hanya tahan tidak lebih dari 2 minggu.

Pekerjaan saya berikutnya masih terkait jurnalistik. Saya menjadi corporate journalist salah satu perusahaan. Pekerjaan yang menyenangkan kawan! Bayangkan saja pak bondan winarno yang dibayar untuk mencicipi makanan, atau valentino rossi yang dibayar untuk mengendarai ducati. Saya dibayar untuk ngeblog!!!

Namun, aliran nasib saya ternyata belum berhenti. Sebelum menjadi corporate journalist saya juga sempat mendaftar di salah satu bumn, dan ternyata lolos seleksi. Saya pun resign dari pekerjaan kedua saya ini. Selain karena bumn ini dendanya besar kalau tidak saya ambil, orang tua saya pun menyarankan untuk mengambil yang satu ini. Jadi, dalam setengah tahun saya berganti 3 pekerjaan.

Semakin bersyukur ketika saya masuk karena ternyata yang mendaftar di bumn tersebut totalnya 12.000 orang. Semua yang ikut seleksi pun bukan orang sembarangan, rata rata sudah berpengalaman. Kalau hanya mengandalkan kemampuan saya semata sejak awal pasti saya sudah rontok. Namun karena ini adalah takdir saya dari Yang Maha Kuasa, dan dengan doa orang tua saya, akhirnya saya lolos.

Entah bagaimana nantinya hidup saya. Mengalir saja. Namun jangan seperti air. Karena air selalu mengalir ke bawah. Saya ingin menjadi air yang anomali. Saya ingin menjadi air yang bisa mengalir ke atas.

obie, 5 juni 2011, tretes -prigen, pasuruan