2010/01/27

Alasan Memilih Laptop

Ternyata alasan orang untuk memilih laptop berbeda – beda ya? Kalau saya sendiri yang penting spesifikasinya. Apa yang terbaik yang bisa saya dapatkan dengan budget yang saya miliki. Tidak peduli warna, design, dll. Umm, tapi saya juga agak memperhatikan merek.

Orang yang lain membeli laptop untuk alasan prestige. Untuk golongan ini biasanya tidak begitu mengenal teknologi. Pokoke mahal, desainnya bagus, menkilap dan terkesan canggih pasti dipilih. Dan yang pasti harus merek terkemuka dan dari mereknya saja bisa ditebak kalau harganya mahalll...walaupun secara spesifikasi mungkin tidak terlalu tinggi bahkan di merek yang lain yang juga cukup bagus harganya hanya separuhnya.

Lain lagi dengan yang satu ini. Golongan yang ketiga ini cenderung ke arah fashion. Biasanya penyuka laptop yang colorful, ringan, tipis, kecil. Yang tentu saja harganya lebih mahal. Tapi tidak masalah. Yang penting warnanya cocok. Nggak peduli RAM atau HD nya berapa.

Naa.., golongan terakhir ini yang lucu. Orang – orang di golongan terakhir ini punya keinginan yang ketinggian. Laptop yang diinginkan harus ber spek tinggiiii sekali. Harus core 22222 duo duo duo hehehe. Dan golongan yang terakhir ini biasanya malah nggak punya laptop. Hehehe...karena laptop dengan spek tinggi masih sangat mahal dan tidak terjangkau.

Lembab Ini Membunuhku

Kalau D’masiv terkenal dengan curhat mereka yang katanya Cinta Ini Membunuhku, maka saya punya kasus yang berbeda. Kalau saya lebih tepatnya Lembab Ini Membunuhku.
Saya sendiri heran. Sejak pindah kos di kos – kosan yang saya tempati sekarang ini saya jadi sering sakit. Daya tahan tubuh sangat rendah. Sedikit – sedikit pilek, batuk, dkk. Dan yang lebih parah sesak nafas saya kumat. O iya, saya pernah punya sejarah sesak nafas. Namun saya sudah pd merasa sembuh karena memang lama tidak pernah kumat lagi. Parahnya, si sesak nafas ini muncul lagi.

Waduuuh, mending makan es krim deh dari pada sesak nafas ( hya iyalah...) hehe. Dunia serasa tidak enak. Gak punya tenaga sama sekali. Berusaha menghirup oksigen sebanyak – banyaknya tapi rasanya yang nyantol di paru – paru cuma sedikit. Semakin berusaha menghirup udara sebanyak – banyaknya semakin parah sesaknya. Tobat!

Akhirnya setelah gak kuat lagi saya ke dokter spesialis paru. Sebelumnya saya hanya berobat ke dokter umum. Namun saya tidak terlalu puas karena tidak ada perubahan signifikan. Di salah satu lokasi praktek bersama dokter saya pun dironsen. Setelah menunggu giliran akhirnya tibalah saatnya diperiksa. Foto ronsen dipasang di dinding bercahaya ( nggak tau benda ini apa namanya) dan saya dipersilahkan berbaring. Dokter nya pun bertanya, ”mas nya merokok?” saya jawab ”tidak”. Boleh tidak percaya, seumur – umur saya nggak pernah merokok. Bahkan saya alergi asap rokok. Setelah dirasa cukup saya pun dipersilahkan duduk kembali.

Pak dokter ini memberi penjelasan kalau saya ini alergi. Paru – paru saya tidak bermasalah. Tidak ada flek / sesuatu negatif lain. Namun saya hanya alergi. Alergi ini ada pada saluran nafas saya. Naa.. repotnya kata beliau alergi ini sulit/bahkan tidak bisa sembuh, dan bukan penyakit. Sepanjang saya bisa menghindari pencetus alergi saya tidak sakit. Seperti halnya orang yang alergi makan udang. Sepanjang orang itu tidak makan udang maka orang itu akan baik – baik saja. Repotnya, saya ini bingung alergi apa. Dan dokter mengatakan kalau hanya saya sendiri yang bisa mencari tau saya alergi apa.

Sampai di rumah saya merenung dan berpikir. Huummm...kamar kos saya yang sekarang dingin dan lembab. Saya rasa ini penyebabnya. Kalau debu dan dingin saja saya rasa tidak. Karena dari dulu kamar saya berdebu, hehe.

Di kamar ini saya rasanya dibunuh pelan – pelan. Tidak terasa, tapi mematikan. Akhirnya berdasarkan saran teman, saya membeli penyerap lembab yang dijual di supermarket – supermarket. Alat ini cukup membantu. Lalu saya memakai 2 sekaligus. Masalahnya alat ini tidak ada alarmnya kalau air nya sudah penuh.hehe....karena akhir – akhir ini sibuk di kampus jadi tidak sempat mengecek. Tau tau sudah penuh dan saya sesak nafas lagi.fiuh..

Pingin tau seberapa lembab kamar saya?hummm.....bayangkan saja, pokoknya benda – benda yang terbuat dari kain bisa berjamur tidak lebih dari hitungan minggu. Mungkin tidak sampe satu minggu. Jadi jaket, celana, dompet hp, tas laptop, dan benda – benda yang jarang dipakai lainnya kondisinya berjamur. Hebat kan??

Setitik harapan muncul ketika ada teman yang kamarnya dilantai atas wisuda dan kembali ke negara asal. Saya cepat – cepat inden kamarnya. Rencananya besok kamar bisa ditempati. Fiuuhhh.....Lembab Ini Membunuhku...huu..huuu.....

2010/01/22

Instal XP di Compaq

Laptop keluaran baru mintanya aneh – aneh ya? Seperti yang saya alami ini. Setelah berbulan – bulan memilih saya menjatuhkan pilihan pada Compaq berprocesor AMD. Harga lumayan miring. Design lumayan elegan. Lumayan kenceng larinya. Tapi....mas penjualnya bilang ini supportnya Windows 7.
Walah. Saya termasuk golongan katrok. Males kalo disuruh belajar lagi. Hehe. Padahal... pingin tetep pake XP soale banyak b*j*kannya dan cracknya. Hehe. Selain juga banyak virusnya. Dan saya juga sudah terbiasa mengutek utek os ini jika sewaktu waktu terjadi trouble. Tapi...kata mas penjual bisa diakali. Ada dua alternatif katanya. Satu, biosnya didowngrade, yang juga berarti membuat garansi tidak berlaku. Dua, memakai xp modifikasian yang saya sendiri tidak paham.
Dan proses instalnya lumayan lama dan ribet. Mulai siang, sampe malem baru kelar. Ampun. Tapi gak papa. Yang penting tetep bisa pake os merakyat ini.

Nonton di Bioskop??nggak bebas berekspresi

Akhirnya kesampaian nonton Sang pemimpii!!!horee!!hehe. Saya memang penggemar laskar pelangi. Setelah membayar 2 tiket langsung menuju studio yang bersangkutan. Hehe. Akhirnya, tanpa basa basi iklan film langsung dimulai!! Matias mucus mengayuh sepeda tua.
Film yang menarik! Menginspirasi dan mengharukan. Tapi yang membuat saya nggak begitu suka nonton di bioskop, yaitu tidak bebasnya saya berekspresi. Saya sempat ” kelepasan” meneteskan air mata sewaktu Arai dan Ikal dilepas kepergiannya ke Jakarta oleh bapak, ibu, pak mustar, dan juga Jimbron. Tanpa sengaja mata saya basah sewaktu jimbron memberikan celengannya kepada Arai dan Ikal. Wuiih...jadi agak malu gimana gitu. Apalagi saya diledek. Maklum..., walaupun tampang preman hati selembut kapas. Heheheh
Suatu saat, kalau film ini muncul dalam versi VCD / DVD saya pingin nonton lagi! Sendiri! Dan kalau perlu nangis sepuasnya! Tertawa sepuasnya!!

2010/01/17

Tips DVD Rom Laptop

Setelah sempat eror, saya mulai berhati – hati memakai DVD rom laptop saya. Dan saya tertarik untuk ”membuat” dvd external. Yang saya maksud di sini DVD PC biasa yang kemudian ditambah IDE dan kabel power!

Selain harganya yang lebih murah, DVD RW PC juga lebih tangguh. Pengalaman buat nonton + burning masih awet. Jadi kalau pas dipake di rumah DVD ini bisa digunakan. DVD laptop bisa dipakai apabila diperlukan sewaktu – waktu di luar rumah. Umurnya bisa lebih awet!

2010/01/15

Uang 100 ribuan Nggak laku???

Maaf, ini bukan isu yang menyesatkan atau berita bohong. Saya hanya ingin menceritakan pengalaman saya. Seperti biasa, setelah ambil uang di ATM, saya bergegas mencari sesuatu untuk mengganjal perut saya yang sudah keroncongan seharian.
Saya pun mampir ke warung langganan. Pesan ini itu (walaupun semua menu sebetulnya saya sudah bosan, hehe). Setelah perut kenyang, saatnya saya membayar di kasir. Saya menyodorkan selembar uang seratus ribuan. Bukannya sombong...Tapi memang karena hanya itu uang yang saya punya. Atu atunya. Setelah melihat nominal uang yang saya sodorkan sepontan si penjual berkata, ”waduuhh.., gak onok duwik cilik ae ta?” (gak ada uang kecil?). Saya bilang ”gak ada”. Tapi si mas penjual ini tetap memaksa saya untuk memeriksa dompet saya siapa tahu ada. Untungnya ada secercah harapan sewaktu saya menemukan sepuluh ribuan kumel terselip diantara kertas – kertas kuitansi. Hehe, memang dompet saya isinya bukan uang. Tapi kumpulan tanda terima dari berbagai pembayaran yang kadang saya sendiri juga sudah lupa.
Peristiwa seperti di atas bukan pertama kalinya saya alami. Sering malah. Kadang kalau memang saya tidak punya uang lagi selain seratus ribuan atu atunya ini si penjual terpaksa pontang panting kesana kemari menukar uang tersebut demi memberi saya kembalian. Saya nggak enak hati melihatnya.
Ada satu solusi sih sebenarnya. Tempat favorit saya menukar uang, pom bensin. Tapi kan nggak setiap saat bensin saya habis.
Ada apa ya dengan uang seratus ribuan ini?mungkin nominalnya terlalu besar ya untuk kalangan tertentu (termasuk saya di dalamnya). Sedangkan mungkin kalau kita jalan – jalan ke mall, uang ini mungkin tidak ada artinya. Sekejap mata saja sudah melayang. Terasa sekali ketidak merataan di negriku ini.hummh.....

Strategi Penjualan Mas Penjual Sate

Saya nggak tahu apa – apa tentang teori marketing. Blas. Namun saya sangat salut dengan apa yang dilakukan mas penjual sate langganan saya ini. Sampai sekarang saya belum tahu namanya, hehe, walaupun sering mengobrol kesana kemari. Namun si mas ini punya strategi marketing yang ulung.
Saya masih ingat dulu saya nggak tertarik blas beli sate di warungnya. Karena saya males antri. Suatu ketika, sewaktu saya lewat, kebetulan lagi sepi. Saya pun mencoba. Saya memesan seporsi dibungkus. Si mas menjawab, ”sip bos”. Mas ini biasanya memanggil pelanggannya dengan ”bos”. Bosan menunggu, saya melihat gitar tersandar di tembok. Saya pun meminjam gitar itu. Walah, tanpa disangka, mas ini agak lebay (dalam artian positif). Tidak hanya diambilkan gitarnya, saya juga disodori sebungkus rokok. Saya menolak, karena saya memang tidak merokok, namun si mas ini mengambil bangku dan meletakkan rokok itu di depan saya.
Setelah sate dibakar agak kering pesanan saya jadi, masnya pun bertanya seberapa banyak nasinya. Setelah beres semua saya pun membayar. Dan mas ini berkata, ini saya kasih bonus mas. Ini merupakan satu lagi keunikannya. Biasanya seporsi terdiri dari 10 tusuk sate dan nasi. Namun mas ini selalu memberi bonus. Kadang – kadang seporsi 11 – 12 tusuk.
Dalam hal pembayaran pun juga sangat longgar. Misalnya tidak ada kembalian, biasanya saya mengutang kurang nya pembayaran. Memang strategi ini sedikit beresiko. Namun jika yakin bahwa pelanggannya bisa dipercaya, hal ini justru akan membuat pelanggan terus kembali karena merasa masih punya hutang.
Ckckck, strategi yang kereenn..