2013/08/13

Cara Mudah Factory Reset Lenovo A800

Mengutak atik android memang mengasyikkan kawan. Namun kadangkala dalam mengutak atik tidak selalu sukses. Kadang kala si andro ini ngambek dan ngadat. Seperti yang saya alami pada Lenovo A800 saya. Berawal dari partisi di micro sd yang juga saya jadikan lokasi aplikasi penuh. saya ingin mempartisi ulang micro tersebut. Aplikasi saya centang semua dan saya kembalikan ke memori hape. E lakok ternyata louncher lenovo yang baru kemarin saya instal ikut tercentang. Dan apesnya ternyata memori hape saya penuh pas proses pemindahan. Akhirnya louncher dan banyak aplikasi lainnya sukses eror. Karena lounchernya yang eror otomatis hape saya tidak bisa diapa apakan. Cuma background biru dan bermunculan notifikasi tidak merespon.

Untung setelah browsing sana sini ditambah saya coba coba saya menemukan jawaban masalahnya. Sebelumnya saya berniat instal ulang alias flash si andro. Namun ternyata cara sederhana yaitu Factory Reset berhasil. Browsing sana sini saya tidak menemukan factory reset A800 yang ada tipe lainnya. Namun setelah pencet sana sini akhirnya ketemu juga factory reset lenovo A800. Simpel gan:

1. Matikan hape (cabut baterai kalau nggak bisa)
2. Tekan tombol volume up + power yang lama
3. Muncul menu factory nya
4. Pilih (gunakan volume atas bawah) "clear emmc"
5. Tekan menu d touch screen (tengah di layar) untuk memilih
6. Silahkan tunggu
7. Taraa si A800 kembali seperti awal baru beli

Kondisi A800 saya sudah ter root saat eror. Dan bisa kembali normal. Efeknya tentu semua data aplikasi hilang, harus mengisi aplikasi satu satu dari awal.

Semoga bermanfaat....

2013/07/12

Review Lenovo A800 - Murah Performa Lumayan Tapi Perlu Agak Ribet

Setelah lama bertahan dengan si mungil galaxy young akhirnya penasaran juga pingin nyoba android lain dengan layar lebih lega. Sampai sekarang si gal-young ini masih tersimpan.Hape andro mungil ini lumayan bermanfaat. Harganya hemat, ukurannya pas ditaruh di setang motor untuk gps. Gps nya cepat dan akurat.

Untuk menggantikan si gal young ini awalnya saya melirik merek branded semisal HTC dan Sony. Samsung sudah agak bosan dengan desainnya. Sempat mengerucut ke beberapa tipe menengah. Namun akhirnya setelah melihat - lihat review saya mulai tertarik dengan lenovo A820 yang ternyata tidak / belum tersedia di Indonesia. Sempet nanya juga ke forum lenovo ternyata tidak ada kepastian  kapan tipe ini rilis di Indonesia. Ya sudahlah, karena sudah terlanjur pingin akhirnya saya mengambil tipe dibawahnya yaitu A800.

Kesan pertama memakai lenovo A800 ini lumayan juga. Layar lega 4,5 inci, prosesor dualcore 1,2. Sensitifitas layar juga lumayan, walaupun layar tidak terlalu tajam seperti sony, tapi cukup lumayan dibanding ponsel cina lain yang saya pernah coba. Untuk browsing juga lumayan wus - wus, mungkin juga tergantung sinyal. Tapi tidak masalah, handset ini bisa melahap 2 kartu, bisa dipilih pilih mana yang sinyalnya bagus untuk digunakan mengakses data, dan kartu satunya untuk telfon saja.

Apabila fitur disandingkan dengan harga maka hape ini cukup layak dimiliki. Namun, dengan harga yang miring tentunya ada kekurangannya. Yang pertama dan menurut saya paling krusial adalah GPSnya. Saya sangat memerlukan fitur yang satu ini mengingat saya tipe yang nggak bisa cepet hapal soal jalan. GPS lenovo A800 ini lumayan lemot, untuk lock lokasi. Ketika pertama kali gps diaktifkan dan kita membuka google map maka lokasi yang ditunjukkan lumayan jauh menyimpang hingga beberapa kilo radiusnya. Ternyata setelah saya browsing sana sini beberapa tipe ponsel yang juga menggunakan prosesor yang sama yaitu mtk juga mengalami masalah ini. Yang kedua yaitu lag  yang terjadi saat akan kembali ke home screen. Aneh juga memang. Dengan prosesor yang lumayan seharusnya sudah tidak ada lag yang berarti. Apalagi saat digunakan untuk membuka aplikasi/ bermain game juga tidak masalah, namun saat keluar dari aplikasi dan masuk home screen malah nge lag. Nggak parah banget sih, namun terasa janggal saja.

Untungnya beberapa masalah diatas bisa diatasi. Sudah banyak yang membahas jadi silahkan langsung ke sumbernya, di lounge resmi lenovo a800 di kaskus. Setelah hape saya root, tambahkan aplikasi untuk mempercepat lock gps maka gps lenovo a800 ini akhirnya akurat, namun harus diluar ruangan ya biar akurat (tentu saja tidak masalah karena pas kita memakai gps pas di luar ruangan). Masalah lag akhirnya juga jauh berkurang setelah saya gunakan advance task killer yang bisa diunduh di market. Aplikasi ini meng-kill aplikasi lain yang tidak perlu sehingga tersisa ram cukup banyak. Bisa diatur juga frekuensinya setiap beberapa saat aplikasi ini otomatis menghentikan aplikasi -aplikasi lain yang tidak perlu. Karena ciri khas android walaupun tidak gunakan ternyata banyak sekali aplikasi yang berjalan. Setelah aplikasi - aplikasi ini dihentikan kinerja pun jadi enteng.

Kesimpulanya, hape ini jika dibandingkan dengan harganya cukup layak dimiliki.Namun tentu harus agak ribet sedikit untuk mengatasi beberapa kekurangannya. Bagi yang suka mengutak atik kayaknya tidak masalah dengan hal ini.

Update: Dipake game HD pun lancar ternyata, layarnya yang cukup luas juga menjadikan permainan game semakin menarik, saya coba game racing Asphalt 7 yang ukuran file nya 1 giga an juga lancar.

Update 2: GTA Vice City juga lancar.. cuma pas masukin cheat agak nge-lag maklum masih pakai micro sd class 4 2gb bekas galaxy young... klo memori lebih lega mungkin bisa lancar

Update 3: Setelah bosan dengan asphalt 7 dan GTA Vice City saya mencoba game yang lain antara lain Dead Trigger, Shadow Gun, Minion Rush, PES 2012, Temple Run OZ, Dream House. Semuanya lancar di Lenovo A800 ini.

2013/04/28

Mencicipi Budaya Baru


Mungkin sudah seringkali saya mengatakan ini, Indonesia ternyata sangat kaya budaya kawan, luar biasa. Dengan luas geografis yang luas dan di setiap daerah memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda – beda. Termasuk sebuah pulau mungil di sebelah pulau jawa yang  sangat terkenal di berbagai penjuru dunia, Bali. Tuntutan pekerjaan mengharuskan saya tinggal di pulau ini. Alam yang indah dan mempesona di pulau ini memang terkenal, namun menurut saya sih tidak terlalu spesial dibandingkan dengan belahan lain Indonesia di luar sana. Lantas apa yang menyebabkan pulau kecil ini menarik? Benar kawan, budayanya.

Budaya Bali sangat menarik karena sampai sekarang pun masih relatif kuat. Mungkin juga hal ini tidak terlepas dari pengaruh agama Hindu yang memang sangat berkaitan erat dengan budaya bali. Beberapa kali saya mengamati upacara keagamaan disini namun tidak pernah bersentuhan langsung. Kali ini saya berkesempatan untuk sedikit terlibat karena kebetulan kantor saya akan mengadakan upakara untuk pura kantor yang baru dibangun. Dan yang lebih menarik saya terlibat dalam hal yang saya sukai, jadi tukang foto acara tersebut. Kapan lagi bisa foto – foto sepuasnya untuk momen spesial seperti ini.

Hari itu saya memakai baju adat kawan. Baju putih beberapa waktu sebelumnya sudah diletakkan di meja saya. Sedangkan kamen (kain bawahan) dan udengnya hasil pinjeman bapak rekan kerja seruangan saya. Karena memakainya perlu trik khusus akhirnya sekalian saya dipakaikan, hehe. Menarik juga, ini kedua kalinya saya memakai pakaian seperti ini. Pertama kali saya memakai baju adat ini sekitar 20 tahun yang lalu ketika masih tk. Dulu saya memakai baju adat biru cerah dan tak lupa di telinga saya disematkan bunga kamboja. Sekarang saya memakai versi asli dari baju ini di lokasi sebenarnya.

Setelah siap si nikon saya keluarkan dari kandangnya selanjutnya saya tenteng ke lokasi acara. Ternyata acaranya lumayan meriah kawan. Berbagai tari – tarian disajikan. Pas sekali. Saya suka dengan kostum yang dikenakan para penari di sini. Warnanya cerah. Cocok untuk dibidik dengan mode agak vivid agar warna menonjol. Namun juga tidak terlalu vivid agar tidak terkesan lebay. Si nikon saya set di picture control kesukaan saya, kenrockwell. Sayang sekali saya tidak tahu nama tariannya apa kawan, hehe. Ada beberapa macam tarian. Ditarikan secara berkelompok oleh adik – adik cewek. Ada juga tari topeng. Tari topeng ini pun beberapa macam. Yang terakhir semacam lawakan khas bali yang disajikan oleh dua orang wanita. Ibu – ibu ini pun sangat luwes menari.  Dan saya tidak paham lawakan yang disajikan karena saya memang tidak paham bahasanya, hehe. Ikut – ikut tertawa saja ketika yang lain tertawa.

Sesekali saya juga mondar – mandir di area sekitar pura. Mengabadikan kesibukan pelaksanaan upakara. Upakaranya lumayan kompleks kawan. Banyak sekali yang harus dipersiapkan dan dilakukan. Beberapa hari sebelumnya juga sudah sangat sibuk melakukan persiapan.

Puas foto – foto tari – tarian dan rangkaian upakara akhirnya teman saya mengajak untuk pindah lokasi. Di lokasi ini sedang diadakan tajen. Bagian dari upakara juga. Ada yang sudah tahu apa itu tajen? Tajen adalah sabung ayam kawan. Di lokasi sudah rame ternyata. Kerumunan orang terpusat kepada dua orang yang sedang memegang ayam. Entah mengapa tiba – tiba saya tegang. Baru sadar ternyata ini pertama kalinya saya menyaksikan sabung ayam. Bapak – bapak yang ditengah mempersiapkan ayamnya yang akan dipertandingkan. Si ayam ini ternyata dipersenjatai kawan. Jalu di kaki ayam digantikan oleh sebilah pisau kecil  yang keliatannya sangat tajam. Semakin dag dig dug aja. Setelah beberapa saat akhirnya sabung ayam ini dimulai. Kedua ayam pun dilepas. Dan memang karena sudah dilatih atau apa kedua ayam ini langsung saling serang. Lumayan ngeri kawan. Sesekali kedua ayam ini terbang rendah dan saling serang di udara berusaha menancapkan jalu besi di kakinya ke tubuh lawan. Setelah beberapa saat darah pun mulai menetes dari tubuh si ayam. Namun nampaknya luka yang ditimbulkan masih belum mengenai organ vital sehingga pertarungan pun jalan terus. Beberapa saat selanjutnya tiba – tiba salah satu ayam yang pada awalnya terlihat akan menang seperti termenung diam. Pandangan seperti kosong dan dari bagian dada darah segar pun mengucur dengan deras. Ayam ini pun ambruk. Saya sempat agak mual menyaksikan ayam ini bercucuran darah untuk kemudian tewas.

Tak berapa lama pertarungan berikutnya pun dimulai dengan dua ayam yang berbeda. Masih sama seremnya dengan sebelumnya kawan. Bahkan kali ini lebih tragis karena kedua ayam sama sama ambruk dan mati. Entah siapa yang menang kalau kasusnya begini. Dua sesi pertarungan sudah cukup membuat saya berdebar dan perut eneg kawan. Akhirnya saya pun meninggalkan kerumunan untuk kembali ke lokasi semula melanjutkan mengambil foto di lokasi upakara.

Sebuah pengalaman yang sangat menarik kawan. Dan saya sendiri walaupun berasal dari suku dan budaya yang berbeda saya merasa senang dan terhormat untuk membantu dan terlibat. Keberagaman bisa menjadi sesuatu yang menarik kawan.

O iya seperti biasa foto - foto bisa disimak di fotoduniaku.wordpress.com (masih proses dipilah pilih, hehe)

2013/04/22

Cita –Cita


Setiap pasti punya keinginan tertentu ya kawan. Entah apa itu bentuknya. Ada yang ingin jabatan ini itu, harta atau kekayaan ini itu, macam – macam bentuknya. Banyak memang orang – orang sukses yang memiliki cita – cita tinggi. Dan kerennya mereka tidak sekedar hanya bercita – cita namun juga berusaha untuk mewujudkan cita – cita itu. Macam – macam caranya. Bisa dengan “menghipnotis” diri sendiri untuk mencapai tujuan yang dicapai. Tulis keinginan di selembar kertas taruh di tembok / tempat lain yang sekiranya sering dilihat setiap hari. Katanya, dengan cara seperti itu maka kita bisa lebih fokus untuk meraih apa yang kita cita – citakan.
Dan dengan fokusnya kita mengejar cita – cita maka alam semesta juga mendukung.  Apa ya namanya, the law of attraction atau apalah itu. Jika kita menginginkan sesuatu dan berusaha sungguh – sungguh untuk mewujudkannya maka seluruh alam semesta ini akan bersatu padu untuk membantu mewujudkan keinginan kita. Dan mungkin memang banyak yang menerapkan cara ini dan berhasil pada akhirnya menjadi orang yang sukses menurut versi masing – masing.
Lantas bagaimana dengan orang yang tidak punya cita – cita. Hmm. Kayaknya terlalu berlebihan, mungkin lebih tepat orang yang tidak terlalu bercita – cita. Tipe orang yang justru tidak tenang jika mungkin disuruh menginginkan sesuatu yang muluk – muluk. Dan mungkin saya termasuk tipe yang satu ini. Disaat menghadapi sesuatu yang sifatnya merupakan tantangan, kebanyakan orang di dalam hati pasti mengucapkan “pasti bisa” “aku pasti bisa”. Entah kenapa saya lebih memilih versi “saya coba dan semoga bisa”. Demikian juga dengan cita – cita. Kayaknya saya bakalan stres jika setiap hari setiap saya terbangun dan hal pertama yang saya lihat adalah sebuah kertas yang bertuliskan cita – cita yang saya inginkan dan tentu saja harus saya wujudkan.
Saya juga bakalan merasa aneh kalau setiap pagi sebelum menjalankan aktifitas, sebelum keluar rumah mengatakan pada diri sendiri berulang – ulang hal yang ingin dicapai hari ini, memejamkan mata, ambil nafas dalam – dalam dan mengepalkan tangan ke atas sembari berkata, “aku pasti bisa”. Saya pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri kawan tipe seperti ini. Hampir setahun saya menyaksikan rutinitas seperti ini. Tapi memang kelihatannya sangat membangkitkan semangat. Setelah melakukan “ritual” seperti itu seolah olah apapun rintangannya pasti akan dilalui, gunung tinggi akan didaki, lautan luas pun akan diseberangi. Dan selama setahun mengamati, ternyata tidak terlalu sukses – sukses amat. Semoga saja yang lainnya diluar sana banyak yang lebih sukses.
Wajar bagi yang memfokuskan dirinya untuk sukses ternyata pada akhirnya benar – benar menjadi orang yang sukses. Lantas bagaimana dengan orang tipe lainnya, seperti saya juga, yang memilih untuk tidak terlalu bercita – cita. Apakah nantinya bisa ikut – ikutan sukses. Atau mungkin memang sukses bukan tujuan utama saya. Saya lebih memilih untuk bahagia kawan daripada sukses. Bahagia bisa datang dari sukses. Namun kayaknya belum tentu yang sukses pun bahagia. Dan saya setuju dengan kutipan dari pak dahlan dari buku yang beberapa waktu lalu saya beli, “untuk mencapai kebahagiaan mudah, jangan pasang keinginan terlalu tinggi dan jangan menaruh harapan terlalu banyak”. Kalau yang mengatakannya adalah orang yang tidak sukses mungkin biasa. Namun ternyata kutipan ini dicetuskan oleh orang yang kesuksesannya tidak diragukan lagi. Siapa yang tidak kenal Dahlan Iskan yang sekarang menjadi Menteri Bumn. Bos grup media raksasa di indonesia (saya sempat mencicipi di salah satu medianya). Belum lagi bisnis lainnya yang berserakan termasuk pembangkit listrik. Pak Bos ini pingin bahagia dengan tidak terlalu menginginkan sesuatu yang muluk – muluk. Tapi kenyataanya apa yang dia miliki sekarang melampaui bahkan kalaupun dia menginginkan sesuatu yang muluk muluk sekalipun. Ternyata yang mengejar kebahagiaan juga bisa sukses kawan. Dan ini baru menarik. 

2013/04/03

Foto Prewed Murah Meriah Bonus Kamera DSLR

Kelanjutan dari hobi foto -foto saya kawan, saat ini saya tertarik untuk mencari info yang berbau foto preweding. Dan ternyata biaya foto prewed lumayan juga kawan. Lumayan mengharuskan kita merogoh kocek cukup dalam. Namun sebenernya hal ini bisa diatasi tentu memerlukan sedikit kreatifitas.

Gimana caranya? Simpel. Gunakan uang yang sudah dianggarkan untuk membeli kamera. Kalaupun yang baru kemahalan boleh juga yang second dengan kualitas bagus. Cari kamera yang bisa dikontrol dengan remot. Untuk tipe - tipe yang bisa menggunakan remot silahkan browsing aja ya, saya juga tidak hapal, hehe. Peralatan berikutnya yang diperlukan adalah tripod. Kalau masih kemahalan boleh juga pinjam saja tripodnya. Atau kamera ditaruh di tempat / benda di sekitar lokasi foto.

Untuk foto prewed do it your self ini perlu dibuka pintu kreatifitas seluas - luasnya. Terserah tema apa yang diinginkan. Silahkan diskusikan dengan calon partner hidup anda. Bagaimana dengan lokasinya? lokasi pun nggak perlu yang wow wow kawan. Nggak perlu jauh - jauh ke Bali atau Lombok. Bahkan sekedar di lapangan atau area persawahan pun juga bisa menarik. Toh kalau ingin lebih menajamkan model, background belakang akan dibuat full bokeh alias blur.

Bagaimana caranya? Yah, tentunya harus bisa mengoperasikan kameranya kawan. Nggak perlu bisa banget. Tutorialnya pun bertebaran di internet. Silahkan dibaca dan dipraktekan. Setelah mulai bisa mengoperasikan kamera, sudah bisa mengambil gambar yang tajam tidak terlalu terang atau gelap, fokus pas, saatnya beraksi.

 Minta pasangan kawan untuk berada di posisi pengambilan gambar. Atur iso, fokus dan sebagainya. Set mode pengambilan gambar menggunakan remot + timer. Jadi saat shutter diaktifkan menggunakan remot akan ada jeda waktu sesuai timer. Setelah diset silahkan ikutan berpose bersama pasangan. Pencet remotnya.. say cheeseee, jepret!! jadilah satu buah foto prewed. Simpel, terserah gaya apa, tidak perlu sungkan dengan sang fotografer. Biaya hampir sama namun bonus kamera.

Sempet juga bereksperimen mengambil foto dengan metode seperti ini. Saya menggunakan nikon D90, Lensa Nikon 55-200mm dan remot. Remot sengaja khusus saya beli untuk eksperimen ini. Murah meriah kawan, cukup 50rb rupiah, remot nikon mungil sudah ditangan. Hasilnya? lumayan juga kawan. Untuk sesi narsis berdua. Kali ini bahkan tukang foto pun ikut - ikutan pingin difoto, hehe.
Semoga bermanfaat.

2013/03/24

FOTODUNIAKU.WORDPRESS.COM


Sebenarnya agak lupa juga apa saya sudah menulis tentang blog baru saya ini ya? Berhubung ternyata koleksi foto saya sudah lumayan banyak kawan akhirnya saya iseng membuat satu blog khusus untuk menampung hasil jepretan amatiran saya. Blog ini tidak terlalu banyak cuap cuap nggak penting seperti blog ini, hehe, tapi berisi kumpulan koleksi foto saya. 

Foto - foto amatiran sih sebenarnya, sekedar iseng sembari jalan - jalan atau pas menemukan momen / obyek yang menarik. Sekaligus juga memudahkan saya pas lagi pingin melihat - lihat  hasil jepretan saya yang dulu - dulu daripada capek membongkar file di hardhisk. 

Oke, silahkan kunjungi blog foto amatiran saya, silahkan beri komentar, keripik pedas, kritik dan sebagainya.

2013/03/18

Review Amatiran Nikon D90

Setelah beberapa saat berpartner dengan Nikon D3100 dan mulai mengerti sedikit bagaimana mengatur seting manual di kamera DSLR akhirnya saya mulai melirik partner yang lain. Yah, memang sih belum bisa dikatakan sangat menguasai menggunakan partner saya terdahulu, namun saya putuskan untuk sekalian belajar menggunakan partner lain dengan fitur yang berbeda.

Awalnya ada beberapa pilihan. Saya suka Nikon namun tidak ada salahnya juga mencoba canon. Lihat sana sini berbagai review agaknya yang menarik adalah 60D. Namun mempertimbangkan saya sudah familiar dengan Nikon dan saya juga sudah punya lensa untuk Nikon akhirnya pilihan kepada canon dicoret. Untuk Nikon pun masih mengerucut dua pilihan Nikon D5100 dan D90. Dengan budget yang saya siapkan agaknya dua kamera ini yang masuk kriteria.

D5100 merupakan kakak dari partner saya sebelumnya D3100 namun dengan fitur yang lebih lengkap. Disebut – sebut sudah menggunakan sensor terbaru seperti yang digunakan kamera dslr tipe elit sehingga kualitas gambarnya pun bagus. Dilengkapi dengan layar flip yang memudahkan mengambil angle ekstrim. Nggak perlu dlosoran untuk mengambil sudut gambar aneh – aneh. Di salah satu review pun dijelaskan bahwa kamera ini jelas – jelas mengalahkan D90 dalam berbagai hal. Sensor lebih baru, ringan, lebih murah. D90 jadul mahal dan berat.

Namun yang dibahas di forum – forum penggemar kamera berbeda. Ternyata justru D90 mendapat tempat di hati para anggota forum. Kamera jadul dan berat ini ternyata masih banyak diminati. Akhirnya saya putuskan untuk mengambil kamera ini.

Kesan pertama memegang Nikon D90 ini berat namun lebih mantap digenggam. Di bodynya banyak tombol aneh – aneh yang kemudian saya tahu tombol –tombol ini sangat memudahkan dalam mengambil gambar. Misalnya tombol putar untuk speed dan aperture yang terpisah yang sangat memudahkan mengatur speed dan aperture. Di bagian atasnya juga ada lcd monochrome kecil untuk melihat berbagai indicator.

Bagaimana dengan hasil fotonya? Teman saya pernah bilang mungkin hasilnya tidak jauh berbeda tinggal bagaimana kita mengambil gambar. Namun ternyata harga memang tidak bohong kawan. Orang jawa bilang ono rego ono rupo. D90 body nya saja tanpa lensa lebih mahal dari D3100 beserta lensa kitnya, fiuh. Entah Cuma perasaan saya saja atau bagaimana, namun hasil foto terlihat lebih “cling” bersih, warnanya tajam. Rasanya nggak usah diedit juga nggak papa. Hasil yang terlihat di LCD kamera sama setelah dipindah ke laptop. Dulu sewaktu masih memakai D3100 di lcd kamera hasil foto terlihat tajam dan keren, namun entah mengapa setelah dipindah ke laptop hasilnya kurang bagus. D90 ini saya pasangkan dengan 55-200mm dari Nikon juga. Pinginnya saya pasangkan juga lensa fix, tapi ambil nafas dulu, biar kantong nggak jebol.

Untunglah puas dengan hasilnya walaupun sebenarnya saya agak tergesa – gesa memilih kamera ini. Belum terlalu banyak lihat review ini itu saya putuskan untuk memilih tipe ini. Maklum agak kejar tayang soalnya saya pingin jepret2 perayaan nyepi semacam ogoh – ogoh dan omed – omed an. Untuk contoh hasil fotonya bisa dicek di blog saya khusus jeprat - jepret fotoduniaku.wordpress.com.

2013/01/29

Akhirnya Jemari Ini Bisa Menari Lagi

Sudah lama sekali rasanya jari – jari tangan saya tidak memencet tuts keyboard untuk mengetik artikel. Berawal dari erornya beberapa tuts keyboard saya secara tiba – tiba. Rusaknya pun nanggung kawan. Hanya beberapa huruf saja yang eror. Eror satu atau seluruh tuts pun sebenarnya sama. Sama – sama harus ganti keyboard. Tuts sempat bisa dipakai kembali setelah saya utek – utek. Saya preteli si tuts membandel ini. Ternyata dibalik tuts ini lumayan mengerikan. Banyak debu dan benda nggak jelas lainnya termasuk rambut. Namun akhirnya jurus ngawur ini tidak bertahan lama karena beberapa tuts membandel itu akhirnya eror lagi. Sementara untuk kerja di kantor saya menggunakan keyboard usb biasa yang dipakai pc.

Laptop saya ini sudah lumayan jadul kawan. Dibeli sejak tahun pertama kuliah tahun 2006 akhir. Jaman laptop masih lumayan mahal. Laptop sejenis milik saya ini mungkin sudah banyak bertebaran di rongsokan servis komputer. Namun entah kenapa punya saya yang satu ini lumayan bandel. Bahkan dulu pas saya kuliah pada saat membawa pernah kecelakaan motor dan layar laptop ini pun mangap. Namun ternyata masih bisa dipakai, hingga sekarang. Kalau saja saya tidak kecantol kamera dan segala atribut perlengkapannya pasti laptop ini sudah pensiun.

Dengan keyboard usb laptop ini pun tidak masalah dipakai kerja. Namun menjadi hal yang repot ketika saya ingin mengetik di kos. Untuk mengedit beberapa huruf sih tidak masalah menggunakan on screen keyboard yang harus dipencet satu – satu menggunakan mouse. Repotnya ketika ingin mengetik artikel. Akhirnya saya membeli satu keyboard usb untuk dipakai di kos. Keyboard usb ini terbuat dari karet dan elastis. Awalnya saya pikir aman dari debu. Ternyata setelah sampai dikos keyboard jenis ini susah sekali untuk dipakai mengetik cepat 22 jari (2 jari tangan kiri 2 jari tangan kanan) gaya mengetik yang saya temukan sendiri. Terpaksa mau tidak mau keyboard bawaan ini harus diservis.

Seharian browsing servisan laptop telpon sana sini ternyata sudah lumayan susah untuk mencari keyboard laptop saya ini. Ada satu yang lumayan mahal itupun bukan keyboard aslinya. Saya keliling toko komputer pun demikian. Kosong. Akhirnya saya coba ke sebuah mall khusus komputer dan iseng tanya ke salah satu counter servis. Counter servis tersebut tidak punya stok namun dicoba dicarikan. Laptop saya dibawa dan si tukang servis berkeliling memperlihatkan laptop jadul saya ke counter yang lain. Akhirnya salah satu counter ada yang punya. Saya lihat terongok laptop seperti milik saya dengan kondisi mengenaskan tanpa layar monitor. Keyboardnya kemudian dicopot dan dipasangkan ke si jadul milik saya. Tara.. masih berfungsi kawan. Lumayan daripada tidak ada sama sekali. Keyboard ini pun asli bawaan pabrik. Melihat sekeliling counter servis saya jadi bangga dengan si jadul ini. Di sana sini terongok laptop keluaran baru bertumpuk – tumpuk. Bahkan dari merek yang terkenal mahal. Kata si tukang servis laptop saya bisa masuk muri karena masih bisa bertahan sampai sekarang.

Sekarang jari – jari ini sudah bisa menari lagi diatas tuts keyboard. Masih kepikiran untuk mengganti dengan yang baru. Tapi nanti sajalah. Setelah ganti adaptor, keyboard dan diinstal ulang laptop ini kembali fresh dan siap menemani saya mengetik atau sekedar edit foto hasil hunting.

Berburu Barang Murah Lewat Internet

Permisi mbak, mau beli barang A ada? Ritual yang sering kita lakukan pada saat akan membeli sesuatu. Jual beli konvensional di toko – toko yang ada di daerah kita. Namun apa jadinya ternyata kita juga bisa membeli sesuatu yang lain di luar pilihan yang ada di toko? Bahkan dari suatu tempat yang jauh? Pasti menarik.

Yup, itulah yang saya rasakan akhir – akhir ini kawan. Saya punya hobi baru. Browsing barang – barang nggak jelas di situs jual beli online. Saya banyak menemukan benda benda menarik dan tentunya harganya lebih murah / sulit didapat di sekitar tempat saya berada. Barang barang tersebut bisa baru atau bekas pakai. Ada ungkapan apa yang berarti untuk kita belum tentu juga berarti untuk orang lain bukan? Dalam jual beli barang bekas hal ini sangat menarik. Karena sudah nggak diperlukan lagi, daripada membuat penuh rumah lebih baik dijual saja. Disisi lain nun jauh entah dimana ternyata ada orang yang sedang memerlukan barang yang kita jual tersebut. Terjadilah transaksi saling menguntungkan. Pihak pertama mendapat tambahan pemasukan dari barang yang sudah tidak terpakai dan pihak lainnya memperoleh barang yang dicari yang tentunya harganya lebih murah daripada membeli baru.

Dari pengalaman saya sudah beberapa kali bertransaksi semacam ini. Bahkan kayaknya saya mulai agak hobi mengoleksi barang second buruan ini. Sebut saja kamera DSLR Nikon D3100, lensa Nikon 55-200mm, blackberry dan charger laptop jadul acer saya. Beberapa barang juga saya beli baru sebut saja perlengkapan untuk turing motor, dudukan gps, hygrometer, head set, tv, hingga mp3 player.

Nggak gengsi beli barang second? Oo tidaak. Bahkan terkadang lebih menarik kawan. Ada rasa kepuasan tersendiri setelah melakukan riset browsing berbagai situs akhirnya menemukan barang berkualitas dengan harga selisih cukup jauh dengan harga barunya. Setiap barang juga memiliki kisah tersendiri saat dibeli.

Belanja online tentu ada resiko utama yang menghantui. Bisa saja kita ditipu kawan. Karena kita tidak bisa bertemu tatap muka dengan penjual. Itulah mengapa sangat dianjurkan untuk menggunakan metode COD atau cash on delivery. Barang diantar / janjian di suatu tempat, cek barang, cocok dibayar di tempat itu juga. Untuk barang dengan nominal tidak terlalu besar barulah saya berani untuk transfer langsung.

Pertaruhan terbesar saya adalah ketika saya membeli lensa Nikon 55-200mm. di tempat saya berada lensa second jenis ini susah didapat. Akhirnya saya menemukan dengan kondisi yang lumayan baik di kota Surabaya. Setelah deal harga, penjual tidak menerima rekber di bawah nominal tertentu. Rekber maksudnya rekening bersama kawan. Pemilik rekening bersama ini me makelar i transaksi. Pembeli mentransfer uang ke rekber. Oleh rekber uang ditahan sampai dengan adanya konfirmasi pengiriman oleh penjual. Setelah penjual memberikan bukti pengiriman barulah uang yang ditahan rekber tadi diteruskan kepada penjual tentunya rekber ini memungut fee. Untunglah si penjual setuju untuk cod. Uang saya transfer kepada teman saya yang ada di Surabaya untuk cod dengan penjual. Pertaruhan tidak berhenti sampai disini. Saya sama sekali tidak bisa memeriksa kondisi lensa yang saya beli.namun akhirnya saya beranikan diri dengan berpedoman bahwa penjual ini memliki rating yang sangat baik. Dan untunglah lensa masih dalam kondisi baik dan aksesoris pendukungnya lengkap disertakan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan bertransaksi online:
1.    Sangat amat utamakan sekali (top priority) untuk cod, cari tempat yang ramai dan aman untuk cod.
2.    Periksa latar belakang si penjual apakah terpercaya atau tidak, telusuri forum lain tempat si penjual menjajakan dagangannya.
3.    Pastikan sudah mengetahui harga barunya sebagai perbandingan.
4.    Yang namanya barang second pasti tidak 100 persen sempurna, cari penjual yang dengan jujur menceritakan kelemahan barang yang dijual
5.    Utamakan memilih karena fungsi bukan karena tampilan si barang
6.    Jangan tergiur dengan harga yang terlalu murah, jangan serakah kawan.
7.    Hindari penjual yang setengah mendesak dan terlalu bersemangat agar kita segera mentransfer uang (saya pernah ditelpon lamaaa sekali oleh penjual kamera yang saya perkirakan penjual kamera tipu2 kw3 yang semangat sekali mendesak saya transfer untuk kamera dslr dengan harga sangat murah, sipnya si penjual mencatut nama toko kamera yang memang ada di sekitar saya berada namun tidak berani diajak cod, ocehan si penjual mirip ocehan fans mlm yang berusaha memprospek korbannya)
8.    Jangan bosan bosan membandingkan harga satu lapak dengan lapak lain di forum jual beli, selisihnya bisa lumayan.
9.    Berdoa : )

Bagaimana kawan? Tertarik mencoba? Selamat berburu!

Kesan Pertama Memakai Lensa Telephoto Nikon Dx 55-200mm Vr

Ketika membeli sebuah kamera DSLR biasanya disertakan pula lensa bawaan alias lensa kit. Demikian pula dengan kamera DSLR saya. Kebetulan untuk Nikon D3100 yang saya miliki dari sononya sudah dilengkapi dengan lensa kit bawaan Nikon DX 18-55 mm Vr. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan lensa ini sehingga harus diganti. Hasil jepretan lensa kit juga lumayan. Dengan sedikit trik bisa dihasilkan foto yang tajam. Bagi yang menyukai bokeh, lensa kit ini juga bisa menghasikan bokeh yang halus.

Namun dengan rentang yang cuma sampai dengan 55 mm tentunya lensa ini memiliki keterbatasan dalam hal zoom nya. Banyak obyek menarik yang terlewat dikarenakan keterbatasan ini. Obyek – obyek yang jaraknya agak jauh tidak bisa dibidik. Kita juga tidak bisa mengambil foto hewan tanpa membuat si hewan ini takut dan melarikan diri sebelum kita berhasil mengambil fotonya. Lensa ini juga tidak memungkinkan mengambil foto candid.

Karena alasan diatas akhirnya saya mulai tertarik dengan lensa telephoto dengan range yang lebih jauh lagi. Awalnya terdapat beberapa pilihan yaitu Thamron 18-200 mm, Thamron 70-300 mm, Nikon DX 55-200 mm VR. Thamron 18-200 mm masuk list karena rentang lensa ini sangat luas. Cukup bawa satu lensa kemana – mana. Bisa untuk jarak dekat maupun jauh. Itu mengapa lensa dengan range ini disebut lensa sapu jagad. Nggak perlu gonta – ganti lensa lagi. Namun akhirnya lensa ini saya coret karena harganya masih mirip – mirip dengan lensa Nikon dan toh saya sudah punya lensa kit 18-55mm untuk jarak dekat. Pilihan kedua adalah thamron 70-300 mm. dengan harga yang cukup terjangkau lensa ini menawarkan range yang cukup jauh 300 mm. Namun akhirnya lensa inipun harus saya coret karena belum adanya fitur VC yang mengurangi kemungkinan foto blur. Akhirnya pilihan saya jatuhkan ke lensa ketiga Nikon DX 55-200 mm Vr. Lensa ini pas sekali berpasangan melengkapi lensa kit saya 18-55 mm. Dan dari sisi brand pun tidak usah diragukan lensa keluaran Nikon. Harga terjangkau dan sudah dilengkapi VR. Rujukan lensa kenrockwell pun merekomendasikan lensa ini. Lensa yang memberikan lebih dari apa yang kita bayarkan.

Setelah lensa ditangan, uji coba dilakukan di lokasi yang tidak terlalu jauh. Cukup di area persawahan di belakang rumah saya. Sebenarnya pinginnya pagi – pagi buta sudah turun ke sawah hunting. Tapi efek sugesti bahwa hari itu hari libur membuat mata saya terlelap lagi setelah sholat subuh. Akhirnya matahari sudah lumayan tinggi ketika saya terjun ke sawah. Aktifitas petani sudah mulai rame. Padi di sawah sudah mulai menguning kawan. Sebentar lagi panen. Namun burung – burung tampaknya berusaha mengganggu kebahagiaan petani. Burung – burung berpesta pora memakan padi yang menguning. Pak tani pun berusaha mengusir burung – burung ini menggunakan berbagai cara. Dengan plastik yang diikat di tali kemudian digerakkan, kentongan, bahkan seringkali dengan teriakan – teriakan. Sebuah drama yang asik sekali untuk dibidik.

Tidak hanya itu, hewan – hewan kecil di sawah pun tidak luput menjadi target bidikan kamera saya. Beberapa ekor capung dan kupu – kupu berhasil saya bidik. Hal yang sulit dilakukan dengan lensa kit. Sebelum berhasil mengambil gambar pasti si kupu sudah terbang duluan karena kita terlalu mendekat. Dengan lensa baru ini cukup zoom dan si kupu – kupu cantik ini tidak terganggu ketika saya ambil gambarnya. Bagaimana hasilnya? Yah, walaupun tidak sedetail lensa khusus makro, namun saya cukup puas. Objek cukup tajam dan bokeh yang dihasilkan lumayan halus.

Demikian review singkat dari tukang foto amatiran mengenai lensa Nikon DX 55-200 mm VR. Maap saya bukan cak kenrockwell ahlinya lensa. Saya cuma amatiran pemula yang ingin berbagi. Buat rekan – rekan yang masih bingung memilih lensa, mungkin lensa telephoto Nikon DX 55-200 mm  VR ini layak untuk dipertimbangkan dan dikoleksi melengkapi lensa kit Nikon 18-55 mm VR. Lensa keluaran Nikon, sudah dilengkapi VR, motor di lensa untuk autofocus yang cocok digunakan DSLR tanpa motor di bodi, harga terjangkau.
foto bisa dilihat di fotoduniaku.wordpress.com

Membuat Foto Bokeh / Blur dengan Lensa Kit 18-55 mm untuk Pemula

Salah satu keunikan foto yang dihasilkan dari kamera DSLR adalah memungkinkannya kita mengatur ruang tajam di dalam foto. Hal ini bisa dilakukan dengan mengatur tingkat aperture. Dengan memberikan pengaturan pada aperture kita bisa membuat foto dengan objek fokus dan background blur dan sebaliknya.

Dengan lensa fix yang memang spesialis portrait foto semacam ini mudah untuk dihasilkan. Namun dengan lensa kit bawaan 18-55 mm memerlukan beberapa trik tersendiri agar bokeh yang dihasilkan lumayan halus. Berikut beberapa tips dari saya, yang juga baru belajar.

- set aperture ke angka yang lebih kecil namun jangan yang paling kecil, set nilai setelah nilai maksimal
- pilih background yang agak jauh, semakin jauh terlihat semakin blur
- hasil coba – coba saya ternyata hasilnya agak lumayan di focal length maksimal, jadi saya set di 55mm dan saya biarkan, saya yang bergerak maju / mundur seolah – olah lensa fix
- untuk pemula dan amatir (seperti saya) mode A dianjurkan dipakai untuk membuat foto semacam ini, karena kita tidak perlu dipusingkan mengenai pencahayaan.

Demikian tips dari amatiran, semoga bermanfaat bagi sesama pemula.

Foto bisa dilihat di http://fotoduniaku.wordpress.com

Fotografi Anak

Anak – anak adalah obyek foto yang lumayan menarik kawan. Ekspresi natural dan polos memberikan keunikan tersendiri. Untuk mengambil gambar pun tidak semudah orang dewasa. Hal ini dikarenakan anak – anak sulit untuk diarahkan. Namun justru itu keunikannya. Kita dituntut untuk lebih sabar menunggu momen tertentu yang menarik. Pengalaman demikian saya dapatkan ketika jalan – jalan bersama keponakan beberapa waktu yang lalu. Usia keponakan saya ini 2 tahun. Masih semangat – semangatnya lari – larian kesana kemari.

Mumpung lagi pulang kampung saya mengajak keluarga untuk jalan – jalan ke pantai, termasuk keponakan saya ini. Ternyata ini pertama kali dalam hidupnya pergi ke pantai. Setelah beres menggelar karpet yang sudah dipersiapkan saya bongkar tas kamera dan mulai jepret – jepret. Susah sekali kawan. Kita harus bersiap – siap membidik sewaktu – waktu ada momen yang menarik. Jangankan untuk diarahkan, lawong menoleh pun tidak. Sesekali saya perlu memanggil keponakan saya ini dan ketika menghadap kamera langsung jepret.

Karena baru pertama kali keponakan saya ini masih takut – takut mendekat ke air. Begitu terkena ombak langsung menangis dan minta digendong. Dan ternyata lumayan berat juga kawan. Saya tidak pernah membayangkan menggendong anak umur 2 tahun tenyata lumayan bikin keringetan juga. Apalagi ditambah cuaca yang cukup panas. Sepulang dari pantai pun masih berlanjut naik odong – odong di halaman pasar tradisional yang kami temui di perjalanan pulang.

Berikut beberapa hasil jepretan saya:

Dari percobaan saya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengambil gambar anak – anak:
- sebisa mungkin kamera dalam posisi siap bidik, jadi begitu ada momen menarik langsung jepret.
- nggak usah diarahkan untuk bergaya, justru semakin natural akan semakin menarik kawan
- untuk membuat si anak menghadap kamera panggil namanya, namun sebelumnya kita sudah siap dengan kamera dalam posisi membidik
- Untuk tipe pemalu seperti keponakan saya, kayaknya menggunakan lensa telephoto lebih menarik karena bisa mengambil gambar dari kejauhan.

Membuat Dry Box Kamera Murah, Efektif, Tested dengan Hygrometer

Membeli kamera DSLR ternyata buntutnya panjang kawan. Bukan hanya aksesorisnya yang seabrek dan menggiurkan dan tentu saja harganya lumayan mahal, kamera ini juga memerlukan perlakuan khusus dalam penyimpanannya. Setelah baca – baca berbagai artikel tentang lensa jamuran saya jadi lumayan ngeri juga. Ternyata lensa bisa panuan juga kawan. Dan kalau sudah ada bakal jamur di lensa, tinggal tunggu waktu jamur tersebut berkembang dan menjalar di permukaan lensa. Efeknya? Yah bayangkan saja mata kawan jamuran. Pasti nggak bisa melihat dengan jelas kan?

Ditambah lagi kamar saya lumayan lembab. Sinar matahari terhalang oleh jajaran kamar kos depan dua lantai membuat kamar saya hanya kebagian seuprit sinar matahari. Jaket kulit yang saya gantung saja dijangkiti fungi ini. Kalau jaket kulit sih masih bisa ditanggulangi dengan dilap dengan agak keras. Kalau lensa? Harus diperbaiki. Dan tidak murah.

Browsing sana sini akhirnya sampailah saya di toko – toko online yang memajang drybox untuk kamera. Kotak plastik ini dari sononya memang didesain untuk menyimpan kamera. Harganya bervariasi dari yang paling kecil seharga 300 ribuan sampai jutaan. Karena sudah didesain khusus, kamera ini juga dilengkapi dengan alat mengukur kelembaban atau hygrometer dan penyerap lembab silica gel. Versi mahalnya malah memakai silica gel listrik.

Mau simpel dan kamera awet? Gampang. Beli saja drybox jadi. Namun saya memerlukan jurus kere aktif. Ditambah lagi pengeluaran bulan ini sudah lumayan jadi harus agak mengencangkan ikat pinggang. Harus dicari alternatifnya. Jadilah saya keluar masuk supermarket melihat lihat toples semacam Tupperware. Dan ternyata sejenis Tupperware dan lock and lock juga tidak murah kawan. Kedua jenis ini lumayan kedap. Namun  harganya selisih sedikit dengan drybox asli, fiuh. Akhirnya nemulah semacam toples kerupuk, hehe. Untuk lebih menyamarkan toples kerupuk ini saya memilih yang kotak. Ada sejenis yang bulat tapi terlihat sekali kalau toples kerupuk, hehe. Tutup toples ini tidak memiliki pengait seperti lock and lock namun lumayan lentur dan rapet. Dan satu hal yang penting. Harganya terjangkau ukurannya besar. Toples ini saya boyong seharga 35 rb rupiah.

Setelah toples berhasil didapat buruan saya selanjutnya yaitu penyerap lembab. Saya bingung dimana membeli silica gel. Banyak sih toko online yang menyediakan. Namun karena saya butuhnya cepat akhinya saya akali dengan penyerap lembab untuk lemari / ruangan. Kawan semua bisa memperolehnya di supermarket bagian kapur barus dan semacamnya. Harganya 10.500 rupiah. Sekalian saya beli refilnya seharga 10.000 rupiah tiga bungkus.

Saatnya merangkai. Penyerap lembab saya tempatkan di dasar toples. Toples saya bagi dua atas dan bawah. Untuk sekat diantara keduanya saya memakai kardus. Pastikan antar kardus masih ada rongga sehingga udara bisa bersirkuasi. Kamera saya letakkan di bagian atas.

Sampai tahap ini toples drybox sudah bisa digunakan namun masih ada yang mengganjal. Sebenearnya berapa sih kelembaban di dalam toples? Kan nggak lucu juga saya susah payah menyiapkan tempat, eh ternyata kelembaban di dalam toples masih jelek. Akhirnya saya memesan hygrometer di salah satu seller online. Hygrometer saya beli setelah ditambah ongkir menjadi 50rb rupiah. Hygrometer saya letakkan di ruang kamar saya. Tara, ternyata kamar saya memang lembab kawan. Kelembaban 80 persen. Padahal kelembaban normal 40-60 persen. Hygrometer pun saya masukkan toples drybox saya. Hasilnya? Kelembaban di dalam toples hanya 20 persen saja. Hehehe. Proyek Toples drybox ini lumayan berhasil.

Jadi rincian biaya untuk membuat toples drybox ini:
Toples                    : 35rb
Penyerap lembab    : 10500
Refil penyerap lembab: 10500
Hygrometer             : 50rb
Total                        : 106rb

Ternyata biayanya kurang dari sepertiga drybox asli. Apalagi dengan ukuran yang lebih besar. 106 ribu rupiah tentu jauh lebih murah dari harga kamera yang mungkin saja bisa rusak karena lembab.

Demikian, semoga bermanfaat.