2011/01/23

I am Sam, Sebuah Drama Keluarga yang Mengharukan


Apa jadinya kalau seorang ayah dengan IQ yang tidak lebih dari 70 atau setingkat dengan anak 7 tahun memiliki dan membesarkan putrinya? Inilah yang coba digambarkan oleh I am Sam.

Cerita berawal dari seorang wanita tunawisma yang menumpang di rumah Sam. Ketika wanita ini melahirkan sang dokter bertanya kepada Sam, apakah dia yang bertanggung jawab atas bati ini, Sam menjawab, iya. Sepulang dari rumah sakit ibu si bayi melarikan diri. Tinggallah Sam berdua bersama bayinya yang ia beri nama Lucy. Banyak kisah menarik bagaimana Sam membesarkan Lucy. Misalnya ketika ia harus membawa Lucy saat bekerja sebagai pelayan kedai kopi starbucks. Untunglah ia memiliki tetangga yang baik bernama Annie. Seorang pianis handal yang memegang gelar summa cumlaude dari sekolah musik. Annie lah yang merawat Lucy ketika Sam harus bekerja.

Berbeda dengan Sam, Lucy tumbuh menjadi gadis cilik yang cerdas. Bahkan lebih cerdas dari anak lain seusianya. Lucy sangat memahami kondisi Sam. Bahwa Sam berbeda, unik, dan tidak sama dengan dirinya dan orang kebanyakan. Kecerdasan Lucy segera menyalip Sam. Di sini masalah muncul. Oleh pemerintah Sam dianggap tidak mampu merawat anak. Lucy harus dititipkan kepada negara dan dicarikan orang tua asuh. Sebuah petaka bagi Sam dan Lucy.

Untuk memperjuangkan hak asuh Sam mencari pengacara. Akhirnya ia mendapatkan pengacara wanita (lupa namanya, hehe). Seorang pengacara wanita yang hebat, ambisius, namun memiliki masalah emosional. Pengacara ini memiliki seorang putra yang seumuran dengan Lucy. Namun ia tidak pernah akrab dengan anaknya. Sedikitnya waktu di rumah menyebabkan ia tidak mengenal anaknya sendiri.

Bisa ditebak, Sam kalah di pengadilan. Lucy diasuh sebuah keluarga yang baik. Namun tetap bagi Lucy, Sam adalah ayahnya. Demikian juga Sam, Lucy adalah satu satunya hal yang ia inginkan. Sam akhirnya keluar dari pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain yang lebih dekat dengan Lucy. Setiap malam Lucy menyelinap keluar dan tidur di apartemen Sam. Ibu asuhnya pun tidak tega dan bermaksud menyerahkan Lucy kepada Sam.

Kesempatan Sam untuk mengasuh Lucy pun terbuka lagi. Pengacara nya mendesak untuk mencoba lagi. Sam awalnya menolak. Ia sadar keterbatasannya. Keluarga baru Lucy bisa memberikan yang lebih baik dari apa yang bisa ia berikan. Karena ia menyayangi Lucy ia ingin yang terbaik untuknya, meskipun tidak bisa bersamanya. Sam pun marah ketika terus didesak oleh si pengacara. Ia mengatakan bahwa si pengacara tidak mungkin memahami kondisinya. karena si pengacara menurut Sam sempurna. Ya memang, dari sudut pandang orang normal pun si pengacara memang sempurna. Sangat cerdas, cantik, kaya, seorang pengacara yang tidak pernah gagal memperjuangkan kasusnya. Namun akhirnya si pengacara mengatakan kepada Sam bahwa hidupnya tidak sesempurna yang ia bayangkan. Keluarganya berantakan. Suaminya asik dengan wanita lain yang mungkin jauh lebih sempurna dari dirinya. Anaknya membencinya. Justru Sam lah yang menginspirasinya untuk berubah. Memang, si pengacara setelah mengenal Sam berubah menjadi lembut dan lebih memperhatikan anaknya.

Sam akhirnya bisa bersama Lucy lagi. Namun ia tetap mengijinkan Lucy menganggap ibu asuhnya sebagai ibu. Pemikirannya sederhana. Karena bisa mengajari Lucy melukis, pastilah ia ibu yang baik untuk Lucy. Ia ingin Lucy juga memiliki ibu.

I am Sam. Sebuah film yang sangat menarik menurut saya. Mata saya yang terganggu oleh sinetron berdurasi lebay dari jam 8 sampai jam 11 malam akhirnya memperoleh kesejukan. Ini baru namanya film, ini baru namanya akting, kawan! Bukan sekedar cerita konyol yang dipanjang panjang kan. Saya suka film yang menceritakan sisi humanis seseorang. Film yang sederhana, tidak aneh aneh, tapi penuh pesan di dalamnya.

Kalau kebetulan anda jalan jalan ke persewaan vcd/dvd dan bingung tidak punya ide mau pinjam film apa, I am Sam boleh dijadikan pertimbangan. Tonton sendirian di situasi yang tenang dan hening. Dan jangan lupa, siapkan sekotak tisu di sebelah anda, hehe.

0 comments: