2012/04/26

Mengurus Paspor Sendiri = Mudah = Murah

Paspor. Mendengar kata yang terbentuk dari enam huruf ini pasti bayangan kita mengurusnya pasti sulit, berbelit – belit dan dana yang harus disiapkan tidak sedikit. Setidaknya itulah yang saya kira pada awalnya.

Ternyata tidak kawan. Yang dibutuhkan hanyalah beberapa dokumen, dua lembar seratusan ribu, selembar lima puluh ribu, selembar lima ribu, dan sedikit meluangkan waktu. Bagaimana caranya? Yuk mari disimak di bawah ini.

Awalnya saya mendaftar melalui paspor online yang ada di website resmi imigrasi. Isi data data yang diperlukan dengan benar. Tentunya tidak sulit. Apalagi yang sudah familiar dengan facebuk dan sebagainya, prosesnya mirip. Mengisi informasi yang diminta. Isi dengan benar sesuai dokumen yang dimiliki. Setelah itu kita diminta untuk mengupload beberapa berkas sesuai dengan persyaratan paspor yang kita minta. Saya upload hasil scan dari Kartu Keluarga, Akte kelahiran dan KTP. Beres menguplad doumen yang diminta kita bisa menentukan kapan kita ingin datang di kantor imigrasi terdekat. Pilih kantor imigrasi dan hari yang diinginkan. Tidak harus kantor imigrasi dengan lokasi yang sama dengan ktp. Dimana saja boleh kok. Saya berasal dari Jawa Timur dan saya mengurus paspor di Renon, Denpasar, Bali. Setelah proses selesai kita akan diberi bukti pendaftaran yang didalamnya terdapat bar code. Cetak bukti pendaftaran ini sebagai bukti.

Pada hari yang ditentukan datang ke kantor imigrasi yang sudah dipilih. Jangan lupa sebelum berangkat siapkan Kartu Keluarga, Akte Kelahiran dan Akte asli untuk ditunjukkan dan kopinya untuk diserahkan. Dilengkapi dengan bukti pendaftaran yang sudah dicetak.

Di kantor imigrasi sudah tersedia loket – loket dengan urutan tertentu. Tenang saja, nggak usah bingung. Nama kita akan dipanggil ke loket berapa. Prosedurnya menyerahkan dokumen, membayar di kasir (tarif resmi), foto biometri, dan wawancara.

Dari rangkaian tersebut mungkin yang paling membuat penasaran adalah wawancara. Tenang, wawancaranya bukan di ruang gelap dengan satu sorot lampu seperti ruang interogasi. Pertanyaannya pun ringan saja. Konfirmasi nama, pekerjaan, alamat dan sebagainya apakah sudah benar dengan yang ditulis. Selain itu akan ditanya keperluan ke luar negrinya dalam rangka apa. Kalau untuk urusan legal dan masuk akal, bukan untuk mengebom sesuatu maka tidak usah kawatir. Wawancaranya pun singkat sekitar 5 menit. Beres sudah. Saya datang ke kantor imigrasi jam setengah Sembilan pagi dan jam setengah sebelas sudah selesai.

Empat hari kemudian paspor sudah bisa diambil di kantor imigrasi tersebut. Total biaya yang saya habiskan adalah Rp. 255rb untuk paspor, Rp 2000 untuk fotokopi, Rp. 6000 untuk materai, Rp 1000 untuk parker, tambah Rp 6500 untuk pocari sweat biar nggak dehidrasi Gimana? Mau mencoba?

2012/04/16

Menseting Ulang Mode Auto Pilot Tubuh


Untuk kesekian kalinya ternyata saya harus pindah kantor lagi. Setelah mulai agak akrab dan nyaman dengan suasana tempat kerja ternyata harus pindah lagi. Dan kali ini, di tempat baru, banyak sekali hal yang berbeda. Tidak hanya masalah pekerjaan yang ditangani tapi juga rutinitas harian.

Di tempat sebelumnya rutinitas sudah terbentuk. Dengan alamiah tubuh saya sudah menemukan sendiri mode auto pilot. Saat – saat dimana tanpa diminta pun tubuh akan melangkah sendiri sesuai dengan rutinitas yang biasa dilakukan. Pagi bangun, sholat (terus tidur lagi, hehe) bangun agak siang kadang sarapan kadang tidak, mata masih setengah terpejam menyambar handuk di sebelah kamar kos, terhuyung huyung ke kamar mandi. Setelah mandi nonton ceramah mamah dede sambil sesekali pencet channel berita. Setengah delapan pasang sepatu, turun ke lantai satu, buka pagar putar kunci kontak motor meluncur ke kantor, parkir, naik ke lantai 4 pake lift duduk di meja, buka laptop setelah sebelumnya pasang kabel adaptor. Pulang kerja cari makan, kalau pas ada acara ya keluar sebentar makan malem atau kemana, sampe kos tidur atau nonton tv. Begitu seterusnya. Saat – saat autopilot saya bekerja.

Di sini, di tempat baru banyak hal berbeda. Disini waktu yang digunakan berbeda kawan. WITA. Seolah olah saya berangkat kerja sejam lebih awal dan pulang sejam lebih awal. Jam 5 pagi masih gelap gulita dan jam 6 petang masih terang benderang. Aneh. Semua acara tivi harus menambah satu jam. Disini Han Ji En seri drama korea Full House mulai jam 9, satu – satunya film korea yang saya tonton.
Bahasa berbeda, makanan juga berbeda. Tidak boleh lagi sembarangan masuk warung dan makan. Harus dicek dulu boleh tidak saya makan. Jalan – jalan yang dilalui masih asing dan aneh. Nama – nama jalan yang sebelumnya tidak pernah saya dengar. Ruas jalan disini lebih sempit kawan.

Tidak terasa sudah dua minggu saya disini. Cepat juga waktu berjalan (mungkin karena tidak pernah libur). Masih mencoba menemukan setingan autopilot. Cari setingan rutinitas yang tepat, entah sekedar tempat beli aqua gallon atau isi pulsa. Mencoba menghapal lajur jalan (holder gps saya terjatuh entah kemana saat repot angkut barang). Mencoba memahami waktu yang berjalan (saya pakai 2 waktu WIB dan WITA). Tinggal mencari setingan transportasi pulang yang cocok (sudah survey lokasi terminal, entah jalannya masih ingat atau tidak).

Kerasan nggak ya saya disini? Masih belum tahu juga. Berusaha untuk menemukan rutinitas baru dan menikmatinya.