Mungkin sudah seringkali saya
mengatakan ini, Indonesia ternyata sangat kaya budaya kawan, luar biasa. Dengan
luas geografis yang luas dan di setiap daerah memiliki adat istiadat dan budaya
yang berbeda – beda. Termasuk sebuah pulau mungil di sebelah pulau jawa
yang sangat terkenal di berbagai penjuru
dunia, Bali. Tuntutan pekerjaan mengharuskan saya tinggal di pulau ini. Alam
yang indah dan mempesona di pulau ini memang terkenal, namun menurut saya sih
tidak terlalu spesial dibandingkan dengan belahan lain Indonesia di luar sana.
Lantas apa yang menyebabkan pulau kecil ini menarik? Benar kawan, budayanya.
Budaya Bali sangat menarik karena
sampai sekarang pun masih relatif kuat. Mungkin juga hal ini tidak terlepas
dari pengaruh agama Hindu yang memang sangat berkaitan erat dengan budaya bali.
Beberapa kali saya mengamati upacara keagamaan disini namun tidak pernah
bersentuhan langsung. Kali ini saya berkesempatan untuk sedikit terlibat karena
kebetulan kantor saya akan mengadakan upakara untuk pura kantor yang baru
dibangun. Dan yang lebih menarik saya terlibat dalam hal yang saya sukai, jadi
tukang foto acara tersebut. Kapan lagi bisa foto – foto sepuasnya untuk momen
spesial seperti ini.
Hari itu saya memakai baju adat
kawan. Baju putih beberapa waktu sebelumnya sudah diletakkan di meja saya.
Sedangkan kamen (kain bawahan) dan udengnya hasil pinjeman bapak rekan kerja
seruangan saya. Karena memakainya perlu trik khusus akhirnya sekalian saya
dipakaikan, hehe. Menarik juga, ini kedua kalinya saya memakai pakaian seperti
ini. Pertama kali saya memakai baju adat ini sekitar 20 tahun yang lalu ketika
masih tk. Dulu saya memakai baju adat biru cerah dan tak lupa di telinga saya
disematkan bunga kamboja. Sekarang saya memakai versi asli dari baju ini di
lokasi sebenarnya.
Setelah siap si nikon saya
keluarkan dari kandangnya selanjutnya saya tenteng ke lokasi acara. Ternyata
acaranya lumayan meriah kawan. Berbagai tari – tarian disajikan. Pas sekali.
Saya suka dengan kostum yang dikenakan para penari di sini. Warnanya cerah.
Cocok untuk dibidik dengan mode agak vivid agar warna menonjol. Namun juga
tidak terlalu vivid agar tidak terkesan lebay. Si nikon saya set di picture
control kesukaan saya, kenrockwell. Sayang sekali saya tidak tahu nama
tariannya apa kawan, hehe. Ada beberapa macam tarian. Ditarikan secara
berkelompok oleh adik – adik cewek. Ada juga tari topeng. Tari topeng ini pun
beberapa macam. Yang terakhir semacam lawakan khas bali yang disajikan oleh dua
orang wanita. Ibu – ibu ini pun sangat luwes menari. Dan saya tidak paham lawakan yang disajikan
karena saya memang tidak paham bahasanya, hehe. Ikut – ikut tertawa saja ketika
yang lain tertawa.
Sesekali saya juga mondar –
mandir di area sekitar pura. Mengabadikan kesibukan pelaksanaan upakara.
Upakaranya lumayan kompleks kawan. Banyak sekali yang harus dipersiapkan dan
dilakukan. Beberapa hari sebelumnya juga sudah sangat sibuk melakukan
persiapan.
Puas foto – foto tari – tarian
dan rangkaian upakara akhirnya teman saya mengajak untuk pindah lokasi. Di
lokasi ini sedang diadakan tajen. Bagian dari upakara juga. Ada yang sudah tahu
apa itu tajen? Tajen adalah sabung ayam kawan. Di lokasi sudah rame ternyata.
Kerumunan orang terpusat kepada dua orang yang sedang memegang ayam. Entah
mengapa tiba – tiba saya tegang. Baru sadar ternyata ini pertama kalinya saya
menyaksikan sabung ayam. Bapak – bapak yang ditengah mempersiapkan ayamnya yang
akan dipertandingkan. Si ayam ini ternyata dipersenjatai kawan. Jalu di kaki
ayam digantikan oleh sebilah pisau kecil
yang keliatannya sangat tajam. Semakin dag dig dug aja. Setelah beberapa
saat akhirnya sabung ayam ini dimulai. Kedua ayam pun dilepas. Dan memang
karena sudah dilatih atau apa kedua ayam ini langsung saling serang. Lumayan
ngeri kawan. Sesekali kedua ayam ini terbang rendah dan saling serang di udara
berusaha menancapkan jalu besi di kakinya ke tubuh lawan. Setelah beberapa saat
darah pun mulai menetes dari tubuh si ayam. Namun nampaknya luka yang
ditimbulkan masih belum mengenai organ vital sehingga pertarungan pun jalan
terus. Beberapa saat selanjutnya tiba – tiba salah satu ayam yang pada awalnya
terlihat akan menang seperti termenung diam. Pandangan seperti kosong dan dari
bagian dada darah segar pun mengucur dengan deras. Ayam ini pun ambruk. Saya
sempat agak mual menyaksikan ayam ini bercucuran darah untuk kemudian tewas.
Tak berapa lama pertarungan berikutnya
pun dimulai dengan dua ayam yang berbeda. Masih sama seremnya dengan sebelumnya
kawan. Bahkan kali ini lebih tragis karena kedua ayam sama sama ambruk dan
mati. Entah siapa yang menang kalau kasusnya begini. Dua sesi pertarungan sudah
cukup membuat saya berdebar dan perut eneg kawan. Akhirnya saya pun
meninggalkan kerumunan untuk kembali ke lokasi semula melanjutkan mengambil
foto di lokasi upakara.
Sebuah pengalaman yang sangat
menarik kawan. Dan saya sendiri walaupun berasal dari suku dan budaya yang
berbeda saya merasa senang dan terhormat untuk membantu dan terlibat.
Keberagaman bisa menjadi sesuatu yang menarik kawan.