Setiap orang pasti memiliki ketakutan masing – masing kawan.
Dan bagi saya salah satu hal yang paling mengerikan adalah pergi ke dokter
gigi. Padahal dua gigi saya sedang bermasalah dan perlu perawatan. Sebenarnya
duluu sekali gigi saya ini pernah saya tambal. Namun akhirnya sewaktu saya
kuliah tambalan ini lepas dan saya biarkan saja. Gigi yang tambalan nya lepas
ini akhirnya habis dan menyisakan potongan kecil. Dan apesnya gigi bermasalah
ini ternyata mengajak gigi di sebelahnya untuk bersekongkol melubangi diri.
Jadilah saya memiliki 2 gigi yang bermasalah, satu sudah rontok tinggal kecil
dan satunya lagi berlubang cukup ekstrim.
Satu setengah tahun lalu gigi yang berlubang ini sakit luar
biasa. Kalau pas lagi sakit tanpa terasa air mata langsung menetes, kepala
berdenyut denyut. Akhirnya terpaksa ke dokter gigi. Ternyata begitu diperiksa
di dalam lubang gigi saya telah tumbuh semacam daging. Dan daging ini
membengkak sehingga terasa sakit. Oleh dokter diberikan obat dan diminta untuk
datang lagi 3 hari kemudian. 3 hari berikutnya saya datang lagi. Walah,
ternyata tempat praktek dokter bersama ini dokter giginya ada banyak. Kali ini
dokter yang menangani berbeda. Saya jadi agak ragu karena ditangani dokter yang
berbeda. Apalagi dokter kali ini mengatakan kalau bengkaknya tidak sembuh
dicabut saja. Vonis yang membuat saya berkeringat dingin. Apalagi ini adalah
gigi geraham sebelah atas yang saya perhatikan paling besar dibandingkan teman
– temannya. Saya coba gerak – gerakkan pun tetap bergeming masih gagah perkasa
menancap di gusi saya. Saya membayangkan alangkah sakitnya kalau dicabut.
Akhirnya saat tiba saya harus kontrol lagi saya tidak datang hingga beberapa
minggu lalu satu setengah tahun kemudian saya kembali ke dokter gigi di tempat
yang lain.
Sebelum ke dokter gigi saya sempat melakukan riset kecil
kecilan mengenai kondisi gigi saya melalui mbah gugel. Menurut berbagai sumber
dari mbah gugel saya tahu bahwa di dalam gigi saya yang berlubang telah tumbuh
polip. Polip ini tumbuh sebagai bentuk pertahanan tubuh untuk mencegah infeksi
karena adanya lubang di gigi. Nah yang membuat riset saya menjadi mengerikan
adalah untuk dapat ditambal si polip ini harus dipotong. Gubrak. Membayangkan
saja rasanya sudah panas dingin. Semakin saya membaca berbagai literatur
tentang si polip ini saya semakin takut ke dokter gigi. Namun karena saya
sedang berencana mengikuti sesuatu hal, dan di tempat tersebut menurut
informasi dari teman yang sudah berangkat terlebih dahulu biaya kesehatan
termasuk pemeriksaan gigi cukup mahal akhirnya saya merencanakan untuk segera
memeriksakan gigi saya.
Setelah mensurvei orang – orang sekantor akhirnya saya
mengerucut ke satu dokter gigi. Menurut informasi katanya sudah cukup senior
dan sekaligus dosen di kedokteran gigi. Walaupun bukan di tempat yang dicover
oleh asuransi kantor tidak masalah. Yang penting gigi saya berada di tangan
yang tepat. Dalam proses survei banyak cerita cerita tragis tentang cabut gigi
yang gagal sehingga bengkak dan sebagainya. Beberapa kali saya membuat rencana
ke dokter gigi dan selalu saya batalkan sendiri secara sepihak karena mendekati
hari H badan saya panas dingin deg degan, hehe. Sempat terpikirkan untuk
menggunakan jasa hipnoterapis agar saya berani ke dokter gigi. Terdengar lebay
ya? Hehe. Namun kelebayan harus berhenti karena browsing sana – sini jasa
hipnoterapis lumayan mahal. Untung saya sempet diajarkan cara self hipnosis
bulan sebelumnya sewaktu pelatihan. Beberapa malam saya mencoba menghipnotis
diri saya sendiri. Hasilnya? Gagal total.
Akhirnya suatu hari tanpa rencana selepas lembur kerja saya
meluncur ke dokter gigi. Saya ceritakan kondisi gigi saya kemudian pak
dokternya memeriksa secara langsung. Dia memberikan dua alternatif untuk gigi
geraham saya yang berlubang dan ada dagingnya. Dicabut atau dirawat. Kalau
dirawat memerlukan sekitar tiga kali kunjungan. Saya pun menanyakan bagaimana
nasib daging di dalam lubang tersebut. Pak dokter menjelaskan nanti akan
diberikan obat sehingga jaringan di dalamnya mati. Kedengarannya tidak terlalu
mengerikan, akhirnya saya memilih dirawat saja. Lubang gigi saya dimasuki obat
kemudian ditambal sementara. Aneh juga sebenarnya. Karena biasanya saya sentuh
sendiri sakit si daging ini, pada saat diperiksa dan dimasuki obat tidak sakit.
Kunjungan pertama ke dokter gigi ini berjalan lancar aman dan terkendali.
Tiga hari kemudian kunjungan kedua ke dokter gigi. Na ini
dia saat yang agak mengerikan. Gigi saya yang berlubang diperiksa kembali.
Entah kapan dan bagaimana karena saya merem ketakutan pak dokter berkata ini
dagingnya mas sudah saya ambil ya, sambil menunjukkan semacam pinset yang ada
dagingnya. Gubrak. Setelah dibersihkan dan dibor sana sini gigi saya yang
berlubang kemudian ditambal sementara kembali. Setelah selesai dengan gigi yang
berlubang pak dokter menyarankan gigi yang rusak disebelahnya untuk dicabut.
Karena memang bengkak setelah gigi yang berlubang dirawat. Setelah saya pikir
pasti gigi tinggal seiprit ini nggak sakit saat dicabut. Saya pun menyetujui.
Dokter meminta anestesi ke asistennya. Ampun. Liat suntiknya dah panas dingin
saya. Akhirnya merem saja dan berdoa. Terasa ada yang tajam menyentuh gusi
saya. Seperti digigit semut kata orang bilang. Tapi jangan sekai kali percaya
awan, rasanya sakit. Dua atau tiga kali saya disuntik. Terasa juga saat obat
keluar dan menelusup diantara gusi. Brr. Dibiarkan sebentar menunggu reaksi
bius bekerja. Kemudian tes obat biusnya. Gusi saya semacam ditusuk. Pak dokter bertanya,
masih terasa sakit? Saya pun mengiyakan. Dokter pun berkata lagi ke asisten,
anestesi. Gubrak. Lagi?? Pingin kabur saja sebenanrya tapi sudah terlanjur
basah. Akhirnya 2 atau tiga suntikan lagi mendarat. Bibir saya yang memang
tebal terasa semakin tebal. Bahkan sedikit bagian hidung saya seolah – olah
hilang dari wajah saya. Namun efeknya lumayan. Sekarang kayanya area mulut
sebelah kiri saya kebal rasa sakit.
Sekarang giliran alat mengerikan lainnya bekerja. Pak dokter
meminta semacam tang dari suster. Gigi saya yang tinggal seiprit kemudian
dicoba untuk dicabut. Dan ajaibnya gigi seuprit ini bandel sekali. Pak dokter
sampai berkali kali ganti berbagai jenis tang. Saya yang sesekali merem dan
melek melihat dengan ngeri. Akhirnya terasa sesuatu dengan susah payah ditarik
dari gusi saya dan menghilang. “akarnya panjang mas” kata pak dokter. Ternyata gigi
seuprit ini menipu saya. Untunglah berhasil tercabut. Saya kemudian diminta
untuk menggigit sesuatu semacam kapas selama satu setengah jam dan menebus obat
di apotik.
Beberapa kali setelah gigi dicabut saya meludah merah darah.
Sekitar dua jam kemudian di kos saya penasaran dan melepas kapas yang katanya
digigit sejam ini. Walahdalah, darah dimana mana kawan. Perlahan lahan nyut
nyut ringan juga terasa. Saya mencoba untuk merem walau sesekali meludah karena
banyak darah dan air liur. Besoknya nyut nyut sudah menghilang. Dan oonnya saya
merasa sudah sembuh padahal belum. Siangnya langsung saya tes dengan seporsi
besar betutu yang pedas dan penuh rempah. Otomatis bumbu dan entah benda apa
lagi nempel di bekas cabutan gigi. Hal ini reflek membuat saya berkumur agak
kuat yang semestinya tidak boleh dilakukan.
Besoknya seharusnya saya kontrol lagi memeriksa tambalan
sementara saya. Tapi ternyata ada tugas dari kantor ke surabaya. Ya sudahlah,
sekalian pulang kampung. Di surabaya gigi saya yang belum sembuh ini saya tes
lagi bebek sinjay di madura. Pas. Entah mungkin karena kecapekan akhirnya
kondisi saya tidak fit. Tenggorokan terasa panas dan agak flu. Kondisi ini
terasa sampai saya kembali ke bali 3 hari kemudian. Esoknya saya periksakan
lagi gigi saya yang terasa agak aneh ke dokter gigi sekalian cek tambalan
sementara saya.
Kembali lagi saya bersandar di bawah lampu menyilaukan kursi
periksa dokter gigi. Kayaknya pak dokter nya membawa berita buruk. Tambalan sementara
saya agak infeksi sehingga belum berani ditambal permanen dan kembali diberi
obat. Untuk bekas gigi saya yang dicabut juga bermasalah. “Sering begadang mas?
Sempat demam?” tanya pak dokter. Saya cuma mengangguk angguk pasrah. “hmm, saya
rawat lagi ya bekas cabutannya agak infeksi, seharusnya sudah menutup lukanya
namun karena kondisi tubuh tidak bagus agak bermasalah” ujar pak dokter.
Kembali saya mengangguk pasrah. Namun hal yang mengerikan dan tidak terduga
terjadi. “anestesi” ujar pak dokter ke suster. Halooo, nggak salah denger? Anestesi?
Dengan tampang memelas saya pun bertanya, “disuntik lagi dok?”. “sedikit,
tenang saja, rileks” jawab pak dokter. Ampun. Tidak ada lagi yang bisa
dilakukan selain berdoa dan pasrah. Kembali 2 kali suntikan mendarat digusi
saya. Entah diapakan lagi gusi bekas cabutan gigi saya. Kembali setelah itu
saya harus menggigit kapas sama seperti awal gigi baru dicabut. Sampai kos
segera saya tidur agar gigi ini tidak sempat terasa nyut nyut.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya kali ini gigi saya
perlakukan dengan sangat halus. 3 hari saya makan bubur dan lontong. Berkumur sangat
pelan dan hati – hati. Setiap ingin makan yang aneh – aneh saya teringat jarum
suntik berkilat di bawah lampu periksa. Akhirnya setelah tiga hari saya makan
makanan normal dengan pelan dan menghindar dari lokasi cabut gigi. Sekarang saatnya
periksa kembali. Deg degan juga setelah kunjungan sebelumnya kondisi gigi saya
memburuk. Alhamdulilah kunjungan kali ini sebaliknya. Gigi saya yang berlubang
akhirnya bisa ditambal permanen. Setelah saya lihat tambalan raksasa melindungi
gigi saya. Bekas cabut gigi juga bagus namun belum sempurna harus hati hati
lagi. Tinggal satu proyek lagi, memberihkan karang gigi. Nantilah setelah benar
benar sembuh karang di gigi saya diberantas.
Akhirnya sesi mendebarkan 4 kali ke dokter gigi terlewati. Nah
bagi kawan semua yang sedang browsing tentang sakit gigi dan nyasar ke blog
saya berikut beberapa tips:
1.
Sebisa mungkin lubang gigi ditambal semakin awal
semakin baik. Semakin lama semakin mengerikan penanganannya.
2.
Apabila menurut anda tindakan yang akan
dilakukan menakutkan silahkan cari second opinion ke dokter lain.
3.
Lubang gigi besar dengan polip di dalamnya masih
bisa ditambal lo. Lumayan daripada ompong dan tidak bisa makan kacang lagi.
4.
Cari rekomendasi dokter gigi yang bagus. Jangan sungkan
tanya – tanya dokter gigi recomended di kota anda.
5.
Jangan berkumur kuat di bekas cabut gigi karena
akan merusak jaringan yang baru akan terbentuk untuk menutup lubang bekas cabut
gigi.
6.
Selamat memeriksakan gigi, semoga cepat sembuh :
)