Setiap pasti punya keinginan
tertentu ya kawan. Entah apa itu bentuknya. Ada yang ingin jabatan ini itu,
harta atau kekayaan ini itu, macam – macam bentuknya. Banyak memang orang –
orang sukses yang memiliki cita – cita tinggi. Dan kerennya mereka tidak
sekedar hanya bercita – cita namun juga berusaha untuk mewujudkan cita – cita
itu. Macam – macam caranya. Bisa dengan “menghipnotis” diri sendiri untuk
mencapai tujuan yang dicapai. Tulis keinginan di selembar kertas taruh di
tembok / tempat lain yang sekiranya sering dilihat setiap hari. Katanya, dengan
cara seperti itu maka kita bisa lebih fokus untuk meraih apa yang kita cita –
citakan.
Dan dengan fokusnya kita mengejar
cita – cita maka alam semesta juga mendukung.
Apa ya namanya, the law of attraction atau apalah itu. Jika kita
menginginkan sesuatu dan berusaha sungguh – sungguh untuk mewujudkannya maka
seluruh alam semesta ini akan bersatu padu untuk membantu mewujudkan keinginan
kita. Dan mungkin memang banyak yang menerapkan cara ini dan berhasil pada
akhirnya menjadi orang yang sukses menurut versi masing – masing.
Lantas bagaimana dengan orang
yang tidak punya cita – cita. Hmm. Kayaknya terlalu berlebihan, mungkin lebih
tepat orang yang tidak terlalu bercita – cita. Tipe orang yang justru tidak
tenang jika mungkin disuruh menginginkan sesuatu yang muluk – muluk. Dan
mungkin saya termasuk tipe yang satu ini. Disaat menghadapi sesuatu yang
sifatnya merupakan tantangan, kebanyakan orang di dalam hati pasti mengucapkan
“pasti bisa” “aku pasti bisa”. Entah kenapa saya lebih memilih versi “saya coba
dan semoga bisa”. Demikian juga dengan cita – cita. Kayaknya saya bakalan stres
jika setiap hari setiap saya terbangun dan hal pertama yang saya lihat adalah
sebuah kertas yang bertuliskan cita – cita yang saya inginkan dan tentu saja
harus saya wujudkan.
Saya juga bakalan merasa aneh
kalau setiap pagi sebelum menjalankan aktifitas, sebelum keluar rumah
mengatakan pada diri sendiri berulang – ulang hal yang ingin dicapai hari ini,
memejamkan mata, ambil nafas dalam – dalam dan mengepalkan tangan ke atas
sembari berkata, “aku pasti bisa”. Saya pernah menyaksikan dengan mata kepala
sendiri kawan tipe seperti ini. Hampir setahun saya menyaksikan rutinitas
seperti ini. Tapi memang kelihatannya sangat membangkitkan semangat. Setelah
melakukan “ritual” seperti itu seolah olah apapun rintangannya pasti akan
dilalui, gunung tinggi akan didaki, lautan luas pun akan diseberangi. Dan
selama setahun mengamati, ternyata tidak terlalu sukses – sukses amat. Semoga saja
yang lainnya diluar sana banyak yang lebih sukses.
Wajar bagi yang memfokuskan
dirinya untuk sukses ternyata pada akhirnya benar – benar menjadi orang yang
sukses. Lantas bagaimana dengan orang tipe lainnya, seperti saya juga, yang
memilih untuk tidak terlalu bercita – cita. Apakah nantinya bisa ikut – ikutan
sukses. Atau mungkin memang sukses bukan tujuan utama saya. Saya lebih memilih
untuk bahagia kawan daripada sukses. Bahagia bisa datang dari sukses. Namun
kayaknya belum tentu yang sukses pun bahagia. Dan saya setuju dengan kutipan
dari pak dahlan dari buku yang beberapa waktu lalu saya beli, “untuk mencapai
kebahagiaan mudah, jangan pasang keinginan terlalu tinggi dan jangan menaruh
harapan terlalu banyak”. Kalau yang mengatakannya adalah orang yang tidak
sukses mungkin biasa. Namun ternyata kutipan ini dicetuskan oleh orang yang
kesuksesannya tidak diragukan lagi. Siapa yang tidak kenal Dahlan Iskan yang
sekarang menjadi Menteri Bumn. Bos grup media raksasa di indonesia (saya sempat
mencicipi di salah satu medianya). Belum lagi bisnis lainnya yang berserakan
termasuk pembangkit listrik. Pak Bos ini pingin bahagia dengan tidak terlalu
menginginkan sesuatu yang muluk – muluk. Tapi kenyataanya apa yang dia miliki
sekarang melampaui bahkan kalaupun dia menginginkan sesuatu yang muluk muluk
sekalipun. Ternyata yang mengejar kebahagiaan juga bisa sukses kawan. Dan ini
baru menarik.
0 comments:
Post a Comment