2011/06/05

Hidup Saya Memang Mengalir, Namun Jangan Seperti Air

Pernahkah terpikirkan akan menjadi apa ketika anda beranjak dewasa kelak? Mungkin ada yang mencita - citakan sesuatu dan kemudian benar benar meraih cita cita tersebut. Namun, kalau saya sendiri, saya tidak pernah tahu akan menjadi apa kelak. Dimulai ketika kuliah, jurusan yang saya pilih, masih belum bisa menjamin akan menjadi apa kelak. Bahkan bapak saya sendiri pun khawatir, mau kerja apa saya.


Akhirnya saat saat kuliah pun berakhir (kangen juga saat2 kuliah). Dihadapkanlah saya ke pasar kerja. Mencoba melamar kesana kemari. Saya tidak terlalu banyak melamar pekerjaan sebetulnya. Hanya beberapa saja. Pengalaman ketika saya melamar jadi supervisor sales LPG dan dipanggil, bapak dan ibu saya heboh, hehe. Setelah itu saya jarang melamar. Cuma beberapa saja yang sekiranya saya mengerti pekerjaan tersebut.

Karena saya suka menulis saya pun mencoba melamar menjadi reporter. Sempat dipanggil salah satu portal berita online, namun karena jauh saya batalkan. Saya pun kemudian diterima di salah satu koran lokal yang merupakan bagian dari media ternama. Namun hanya tahan tidak lebih dari 2 minggu.

Pekerjaan saya berikutnya masih terkait jurnalistik. Saya menjadi corporate journalist salah satu perusahaan. Pekerjaan yang menyenangkan kawan! Bayangkan saja pak bondan winarno yang dibayar untuk mencicipi makanan, atau valentino rossi yang dibayar untuk mengendarai ducati. Saya dibayar untuk ngeblog!!!

Namun, aliran nasib saya ternyata belum berhenti. Sebelum menjadi corporate journalist saya juga sempat mendaftar di salah satu bumn, dan ternyata lolos seleksi. Saya pun resign dari pekerjaan kedua saya ini. Selain karena bumn ini dendanya besar kalau tidak saya ambil, orang tua saya pun menyarankan untuk mengambil yang satu ini. Jadi, dalam setengah tahun saya berganti 3 pekerjaan.

Semakin bersyukur ketika saya masuk karena ternyata yang mendaftar di bumn tersebut totalnya 12.000 orang. Semua yang ikut seleksi pun bukan orang sembarangan, rata rata sudah berpengalaman. Kalau hanya mengandalkan kemampuan saya semata sejak awal pasti saya sudah rontok. Namun karena ini adalah takdir saya dari Yang Maha Kuasa, dan dengan doa orang tua saya, akhirnya saya lolos.

Entah bagaimana nantinya hidup saya. Mengalir saja. Namun jangan seperti air. Karena air selalu mengalir ke bawah. Saya ingin menjadi air yang anomali. Saya ingin menjadi air yang bisa mengalir ke atas.

obie, 5 juni 2011, tretes -prigen, pasuruan

0 comments: