2011/02/15

Manusia dan Tuntutan Sosial

Kalau dipikir pikir manusia hidup di dunia ini cuma sebentar. Ibaratnya sekedar singgah, mampir. Namun dalam waktu yang sebentar itu hidup manusia selalu disibukkan dengan berbagai pertanyaan pertanyaan yang tidak pernah habis.

Ketika lulus sekolah, ada pertanyaan yang datang. “Wih, sudah lulus, kerja dimana?”. Pekerjaan bukan semata mata ladang penghasilan. Kadang diperlukan juga untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan semacam ini. Bukti bahwa sebagai manusia benar benar telah berdaya guna.

Akhirnya setelah mencoba mencari berbagai lowongan pekerjaan ada yang nyantol dan diterima. Sudah punya penghasilan sendiri dan hidup mulai mapan. Pertanyaan berikutnya pun datang. “wah, sudah punya pekerjaan, sudah mapan sekarang, kapan mau nikah?”. Pertanyaan yang mungkin sepele dan hanya ditanyakan karena sekedar berbasa basi. Namun sebenarnya efeknya dalam. Siapa juga yang nggak mau nikah (lawong masih normal), tapi gimana mau nikah kalau yang diajak nikah belum ada? Mungkin pertanyaan basa basi yang ditanyakan oleh orang yang sudah menikah / akan menikah ini sepele. Tapi ternyata tidak. Apalagi bagi mereka yang usia sudah lampu kuning namun belum juga bertemu dengan jodohnya. Pertanyaan basa basi sepele ini bisa jadi menohok hati yang paling dalam. Mungkin masyarakat lupa kalau urusan jodoh itu hak prerogatif Sang Pencipta alam semesta ini. Jodoh juga berbeda dengan sekedar jatuh cinta atau rasa suka.

Alhamdulilah, ternyata Allah mengabulkan doa hambanya yang kesepian, dan akhirnya mempertemukan dengan jodohnya dan menikah. Belum juga bernafas, pertanyaan berikutnya datang. “Selamat ya... semoga langgeng bla bla bla... kapan punya momongan?”. Baru juga menikah, sudah ada tuntutan lain yang lagi lagi pertanyaan basa basi. Pada umumnya setahun menikah insya Allah juga sudah mengandung, namun tidak semua demikian. Banyak juga pasangan yang bertahun tahun belum juga dikaruniai anak. Sudah berusaha kesana kemari belum juga berhasil. Bahkan menggunakan teknologi canggih macam bayi tabung dan sebagainya.

Setelah berdoa sungguh dan berusaha keras, akhirnya Allah pun luluh dan memberikan seorang anak. Belum juga si anak bisa berjalan pertanyaan berikutnya muncul. “Kapan nih punya adik? Kasihan lo nggak punya temen”. Heran juga. Kadang kala saudara bukan, tapi kok sampai juga mengurusi masalah punya adik. Memang masyarakat kita unik. Akhirnya setelah berdoa dan berusaha lagi, dikasih lagi seorang anak.

Bertahun tahun tahun kemudian yang juga dipenuhi pertanyaan pertanyaan lainnya, akhirnya tidak terasa anak anak pun beranjak dewasa.

Anak pertama sudah lulus kuliah dan bekerja. Si adik masih berjuang menyelesaikan sekolahnya. Pertanyaan pun muncul kembali. “Wah, putranya sudah lulus dan bekerja ya? Kapan nih mau ngunduh mantu?” dan pertanyaan pertanyaan pun berulang, seakan akan sebuah siklus yang tidak pernah berhenti, hanya berganti masa.

Hidup ini hanya persinggahan, sekedar mampir. Alangkah eman nya kalau habis hanya untuk berpikir untuk sekedar menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut. Nikmati setiap tahap yang akan dilalui dengan berdoa dan berusaha. Namun memang, tahap tahap tersebut tidak sama untuk setiap orang. Ada yang mudah, namun ada yang perlu waktu yang lama untuk bisa ke tahap berikutnya dalam hidup. Dan sebenarnya pertanyaan basa basi tersebut tidak perlu ditanyakan. Karena tidak usah ditanyakan pun sebenarnya kita pasti akan berusaha bertanya dan mencari jawabannya sendiri.

0 comments: