2010/09/02

don't judge the book from its cover


Yup. Semboyan di atas mengawali artikel kali ini. Dimulai dari pengalaman saya beberapa hari yang lalu. Saya diutus ibu saya membeli sesuatu di swalayan yang merupakan bagian dari salah satu retail terbesar di indonesia yang cabangnya sampai ke desa desa. Saya ke sana setela tarawih, jadi kostum masih seperti pas traweh cuma gak pakai sarung. Pake kaus oblong, celana pendek, dan sendal bakiak. Bagi yang tidak familiar sama bakiak akan saya jelaskan. Bakiak adalah sendal tradisional terbuat dari kayu. Tidak bisa dikatakan nyama dipakai. Keras dan modelnya juga sederhana. Bakiak sangat cocok digunakan untuk tarawih atau sholat jumat karena dijamin aman. Tahan air dan tidak mungkin dicuri (kalaupun dicuri mungkin karena butuh kayu bakar di rumah si pencurinya).

Saya masuk swalayan dengan pd. Diiringi suara teplak teplok khas suara bakiak. Suaranya menggema di swalayan yang tidak terlalu besar ini. Naa, melihat saya memakai bakiak dan bersuara nyaring si mbak penjaga kasir (2 orang) pun senyam senyum. Tenang mbak.. saya bawa uang kok, nggak mau nyuri di sini, batin saya.

Mungkin saya memang memiliki selera yang aneh terhadap fashion. Tidak punya selera sama sekali ya mungkin lebih tepatnya. Saya lebih suka kaos oblong yang bertahun tahun saya pakai daripada kaus baru. Lebih nyaman dan melekat di badan rasanya. Sampai sekarang banyak kaus baru yang masih terbungkus plastik di lemari saya. Walaupun sering kali kaus tersebut sodah bolong bolong termakan usia, saya tetep suka. Kadang - kadang pas saya pulang banyak kaus saya yang telah menjadi korban dijadikan serbet oleh ibu saya. Memang sih, sama ibu saya diganti dengan kaus baru. Tapi tetep saja saya suka yang lama yang bolong bolong.

Tapi toh itu semua hanya pakaian. Saya bukan penganut pepatah jawa ajining rogo soko busono. Karena apa? penampilan bisa menipu. Saya tidak pernah percaya dengan penampilan saja. Karena saya menilai orang dari sikap dan kepribadian. Percuma pakaian mahal mahal tapi kelakuan minus. Saya juga tidak merasa perlu untuk dihargai dan dihormati orang. Justru ketika saya direndahkan itu merupakan keasikan tersendiri. So.., don't judge the book from its over!

3 comments:

Intan Kape said...

saya keplok-keplok baca postingan ini

Mantabb

Piyo said...

yah.... tapi kebangeten kali bie, iku malah jenenge ngak menghargai orang yg udah beliin baju, nggak menghargai orang yg udah bikin baju, dan nggak menghargai ibukmu yang sampe mengusahakan bajumu jadi kain lap.

blog e obie said...

woo...ak lo gak minta ditukokne!hehe..mending ditukokne yamaha byson timbang baju anyar!hehe