2010/01/27

Lembab Ini Membunuhku

Kalau D’masiv terkenal dengan curhat mereka yang katanya Cinta Ini Membunuhku, maka saya punya kasus yang berbeda. Kalau saya lebih tepatnya Lembab Ini Membunuhku.
Saya sendiri heran. Sejak pindah kos di kos – kosan yang saya tempati sekarang ini saya jadi sering sakit. Daya tahan tubuh sangat rendah. Sedikit – sedikit pilek, batuk, dkk. Dan yang lebih parah sesak nafas saya kumat. O iya, saya pernah punya sejarah sesak nafas. Namun saya sudah pd merasa sembuh karena memang lama tidak pernah kumat lagi. Parahnya, si sesak nafas ini muncul lagi.

Waduuuh, mending makan es krim deh dari pada sesak nafas ( hya iyalah...) hehe. Dunia serasa tidak enak. Gak punya tenaga sama sekali. Berusaha menghirup oksigen sebanyak – banyaknya tapi rasanya yang nyantol di paru – paru cuma sedikit. Semakin berusaha menghirup udara sebanyak – banyaknya semakin parah sesaknya. Tobat!

Akhirnya setelah gak kuat lagi saya ke dokter spesialis paru. Sebelumnya saya hanya berobat ke dokter umum. Namun saya tidak terlalu puas karena tidak ada perubahan signifikan. Di salah satu lokasi praktek bersama dokter saya pun dironsen. Setelah menunggu giliran akhirnya tibalah saatnya diperiksa. Foto ronsen dipasang di dinding bercahaya ( nggak tau benda ini apa namanya) dan saya dipersilahkan berbaring. Dokter nya pun bertanya, ”mas nya merokok?” saya jawab ”tidak”. Boleh tidak percaya, seumur – umur saya nggak pernah merokok. Bahkan saya alergi asap rokok. Setelah dirasa cukup saya pun dipersilahkan duduk kembali.

Pak dokter ini memberi penjelasan kalau saya ini alergi. Paru – paru saya tidak bermasalah. Tidak ada flek / sesuatu negatif lain. Namun saya hanya alergi. Alergi ini ada pada saluran nafas saya. Naa.. repotnya kata beliau alergi ini sulit/bahkan tidak bisa sembuh, dan bukan penyakit. Sepanjang saya bisa menghindari pencetus alergi saya tidak sakit. Seperti halnya orang yang alergi makan udang. Sepanjang orang itu tidak makan udang maka orang itu akan baik – baik saja. Repotnya, saya ini bingung alergi apa. Dan dokter mengatakan kalau hanya saya sendiri yang bisa mencari tau saya alergi apa.

Sampai di rumah saya merenung dan berpikir. Huummm...kamar kos saya yang sekarang dingin dan lembab. Saya rasa ini penyebabnya. Kalau debu dan dingin saja saya rasa tidak. Karena dari dulu kamar saya berdebu, hehe.

Di kamar ini saya rasanya dibunuh pelan – pelan. Tidak terasa, tapi mematikan. Akhirnya berdasarkan saran teman, saya membeli penyerap lembab yang dijual di supermarket – supermarket. Alat ini cukup membantu. Lalu saya memakai 2 sekaligus. Masalahnya alat ini tidak ada alarmnya kalau air nya sudah penuh.hehe....karena akhir – akhir ini sibuk di kampus jadi tidak sempat mengecek. Tau tau sudah penuh dan saya sesak nafas lagi.fiuh..

Pingin tau seberapa lembab kamar saya?hummm.....bayangkan saja, pokoknya benda – benda yang terbuat dari kain bisa berjamur tidak lebih dari hitungan minggu. Mungkin tidak sampe satu minggu. Jadi jaket, celana, dompet hp, tas laptop, dan benda – benda yang jarang dipakai lainnya kondisinya berjamur. Hebat kan??

Setitik harapan muncul ketika ada teman yang kamarnya dilantai atas wisuda dan kembali ke negara asal. Saya cepat – cepat inden kamarnya. Rencananya besok kamar bisa ditempati. Fiuuhhh.....Lembab Ini Membunuhku...huu..huuu.....

1 comments:

Anonymous said...

Makasi mas bro atas sarannya utk beli penyerap lembab.